" Bunda, aku bawain sate kambing buat bunda. " EL Fietry menyodorkan sate kambing yang susah payah ia bakar sendiri karena tukang satenya kena stroke mendadak di sebabkan El Fietry hanya sanggup bayar pake uang recehan.
" Waduh..kamu baik banget. Kok kamu tahu sih  Bunda lagi pengen makan sate?" Sumringah Bunda Enggar menerima kresek hitam dengan tusuk sate yang menonjol keluar.
El Fietry menjulurkan lidahnya pada El Hida tanda mengejek, kemudian tersenyum penuh kemenangan.
" Bunda, kalo sate gituan aja sih aku juga bisa beliin." Kata El Hida sewot. Tanpa ba bi bu lagi dia segera meluncur dengan motornya mengejar tukang sate.
setengah jam kemudian El Hida kembali dengan membawa dua puluh tusuk sate kambing.
" Bunda, ini satenya. Aku bawain banyak buat bunda." sambil menyodorkan sekodi sate kambing.
" Aduh, El. Bunda sudah kenyang banget nih makan sate kambing dari El Fietry. Kamu makan sendiri aja yah."
" Yah..Bunda..." EL Hida mengeluh kecewa.
Tak lama terdengar suara vespa memasuki halaman rumah. Bunda Enggar segera menyambut kedatangan Abi, suaminya. El Hida dan El Fietry mengikuti.
" Selamat sore Abi, saya El Hida. Anak lanangnya Bunda Enggar, saya bawain sate kambing buat Abi." Dengan memasang tampang innocent El Hida menyerahkan kresek berisi bungkusan sate.
" Hei, kamu siapa? ngaku-ngaku anak dari istri saya. Saya gak punya anak kayak kamu. Bawain sate kambing lagi, saya itu menderita darah tinggi, gak boleh makan daging kambing tahu! Pergi sana!"