Mungkin gegap gempita gemintang kan memandangku bosan.
Atau mungkin senyap yang terasing karena gema takbir yang berkumandang.
Dan bersama dengan uraian kalimat sanga maha pemberi nikmat...
Aku tertegun sejenak....
Senja terkulum bingung.
Gunung dan angin bersujud tanpa canggung.
Kesucian telah kembali.
Air mataku mengalir penuh kehinaan diri.
Ya Rabbi, aku masih saja berdiri di ujung sepi..
Meski ini adalah malam hari nan fithri.
Saat dosaku engkau ampuni.
Saat asaku tertimpa peluh yang menyesakan hati.
Demi kemuliaan-Mu.
Demi kebesaran-Mu....duhai dzat penguasa hati.
Ijinkanlah ku pecah serangkai kata bersimbah pinta.
Pada segenap cecar salah dari mulutku yang menggeliat tanpa sahaja.
Idul fithri yang mulia.
Idul fitrhi yang ku nanti, semoga bisa menjadi penebus dari segala dosaku.
Setelah Ramadhan mendewasakanku dengan segenap arti "Tentang sebuah jati diri"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H