"tapi ini beda kasusnya."
"tapi... tapi... tapi..... terus aja lo bilang tapi, sampai kapan si lo ga bersyukur dengan hidup lo? kita hidup itu bukan untuk masa lalu, tapi masa depan. orang tua lo, keluarga lo semua itu masa lalu lo. sekarang lo itu sarjana, setidaknya lo punya modal buat ngadepin masa depan lo, lo punya punya masa depan,,,,"
Aku hanya terdiam mendengar penjelasan sahabat terbaikku, aku merasa malu dan sangat kerdil dengan semua pemikiranku. Melihat aku terdiam dan menundukan kepala, kini diapun ikut diam dan duduk mendekat disampingku, dan meneruskan nasihatnya dengan nada bicara yang lebih pelan.
"Nur, kenapa lo harus takut menghadapi semua ini? kenapa temen gue jadi lemah begini? gue ga mau lo terus-terusan begini, gua ga mau,,,, lo hanya perlu ikhlas buat ngejalanin semuanya. lo tau kan bagaimana hidup gue? bagaimana gue menghadapi keluarga suami gue yang ga pernah nganggep gue menantu, bagaimana perjalanan pernikahan gue, yang semua itu dilakukan karna keterpaksaan, karna dosa yang udah gue lakuin, bagaimana malunya gue dihadapan warga, bagaimana gue sakit saat melihat airmata nyokap gue, bagaimana gue melihat kakak gue marah, bagaimana gue melahirkan anak gue tanpa persiapan, bagaimana menghadapi masyarakat yang menganggap anak gue sebagai anak jadah? apa itu ga bisa buat lo bersyukur dengan hidup lo? tolong, jangan pernah merasa lo adalah orang yang paling menderita, setiap orang memiliki masalah sendiri-sendiri, dan tuhan tidak pernah membebankan masalah kepada hambanya yang tidak mampu menghadapi, kalo cuma masalah wali, lo masih punya paman, kalo cuma masalah bibit, lo lahir dari keluarga yang cukup dibilang berpendidikan, lo juga punya pendidikan yang ga bisa diremehin, lo ga sehina yang lo fikir."
Sekarang giliranku yang menatapnya kasihan, dengan air mata yang tidak terbendung mengartikan, betapa sakit dan menyiksanya peristiwa-peristiwa yang telah ia lewati.
"maaf, maafin kalo gue terlalu kerdil, gue terlalu picik dan gue selalu membuatmu menangis mengingatkan semua yang telah lo lewatin, gue benci setiap kali mendengar pernyataan itu"
"pernyataan yang mana? yang "wong, nikahin ko perempuan yang ga punya orang tua, yang punya orang tua aja banyak" itu? iya?
gue cuma gangguk dan dia langsung meluk gue.
"pernyataan itu ga berlaku buat lo, masih banyak orang tua yang mengharapkan mantu kaya lo, lo tuh pinter, cantik,berpendidikan, lo punya masa depan yang cerah, hidup lo berharga, jangan gara-gara kalimat orang tua jahanam itu lo terpuruk."
"tapi itu faktanya."
*****BERSAMBUNG*****