Mohon tunggu...
HADI PURWADI
HADI PURWADI Mohon Tunggu... -

saya bukan siapa-siapa -- sebutir debu di alam semesta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Well Come Home Mr. Prabowo

25 Agustus 2014   21:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:35 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Drama Pilpres 2014 sudah berakhir. Tanggal 21 Agustus yang lalu Mahkamah Konstitusi telah megetok Palu -- menolak seluruh gugatan Prabowo-Hatta. Keputusan MK ini bersifat final dan mengikat. Final artinya tidak ada lagi upaya hukum yang dapat ditempuh untuk menganulir keputusan KPU yang menetapkan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih 2014. Mengikat berarti keputusan MK ini harus diikuti dan ditaati oleh semua pihak yang berkepentingan.

Dalam sejarah pilpres di Indonesia, pilpres 2014 adalah pilpres ketiga yang dilakukan secara langsung. Pilpres langsung sebelumnya dilakukan tahun 2004 dan 2009. Di atas kertas pilpres tahun ini seharusnya lebih mudah dan sederhana karena hanya diikuti oleh dua pasang kandidat dan (otomatis) cukup 1 putaran saja. Bandingkan dengan pilpres langsung tahun 2004 yang diikuti 5 pasang kandidat dan harus dilakukan 2 kali putaran. Atau pilpres 2009 yang diikuti oleh 3 pasang kandidat (meskipun selesai 1 putaran juga).

Namun diluar dugaan semua pihak, pilpres 2014 ternyata berlangsung alot dan menguras energi. Lebih mengherankan lagi, alotnya pilpres kali ini tidak disebabkan oleh hal-hal teknis yang substantif melainkan oleh inseden-insiden ganjil yang tidak masuk akal atau sekurang-kurangnya tidak akan terpikirkan oleh orang-orang yang "sehat nalarnya".

Insiden-inseden ganjil ini tak ayal membuat publik bingung, frustasi, marah, jengkel bahkan dikawatirkan dapat memicu konflik horisontal di tataran akar rumput.

Keganjilan mulai terlihat ketika beberapa lembaga survey merilis hasil quick count yang bertolak belakang. Berbeda 180 derajat. Kedua kubu Capres akhirnya sama-sama mengklaim kemenangan sesuai hasil quick count lembaga survey masing-masing. Insiden ini diluar nalar sehat karena apapun alasannya, quick count adalah sebuah kegiatan ilmiah yang apabila dilakukan dengan metode yang benar, muskil menghasilkan data yang bertolak belakang. Dalam ranah ilmiah, kejadian ini seperti melihat 2 matahari terbit, satu dari timur satu lagi terbit dari barat. Tidak masuk akal alias imposible.

Sujud syukur & klaim kemenangan kubu Prabowo-Hatta adalah insiden ganjil yang menjengkelkan publik lantaran kubu Prabowo-Hatta "mempercayai" lembaga survey yang tidak memiliki track record yang baik (beberapa bahkan tidak dikenal oleh publik). Sangat disayangkan orang sehebat Prabowo yang berpengalaman dalam strategi dan operasi militer bisa mempercayai informasi dari sumber yang tidak jelas & tidak dapat dipertanggungjawabkan akurasinya.

Quick count juga dilakukan oleh lembaga independen yang tidak berafiliasi dengan masing-masing kubu, yaitu Litbang Kompas & RRI. Dua lembaga kredible dan berpengalaman yang seharusnya juga menjadi referensi bagi kubu Prabowo-Hatta.

Insiden ganjil berikutnya terjadi ketika Prabowo menyatakan menarik diri dan tidak mengakui pilpres 2014 pada detik-detik akhir rekapitulasi suara tingkat nasional. Tindakan Prabowo ini sangat disayangkan berbagai kalangan karena dinilai tidak memberikan pendidikan politik yang baik dan tidak menunjukkan sikap seorang negarawan.

Untunglah akhirnya Prabowo cepat "sadar" dan menempuh jalur hukum dengan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Langkah Prabowo ini dinilai tepat dan elegan sesuai koridor hukum dan prinsip-prinsip demokrasi yang berlaku di Indonesia.

Namun lagi-lagi muncul insiden ganjil ketika Prabowo menyampaikan opening statement pada pembukaan sidang gugatan di MK. Dalam sidang perdana tersebut Prabowo menyampaikan bahwa pemilu 2014 berlangsung curang dan tidak demokratis. Lebih buruk dari pemilu di korea utara, dan sebagainya dan sebagainya.  Pidato emosional Prabowo ini dinilai berbagai kalangan sebagai "pidato curhat" yang tidak semestinya dilontarkan oleh tokoh sekelas Prabowo.

Sementara itu berkembang pula isu-isu ganjil di koalisi Prabowo-Hatta seperti koalisi permanen,  pansus pilpres dan meneruskan gugatan ke PTUN atau MA.

Insiden-insiden ganjil ini tak pelak memicu tanggapan negatif dari tokoh-tokoh nasional yang menilai Prabowo tidak legowo menerima kekalahan. Bahkan banyak pula caci-maki dan sumpah serapah yang ditujukan pada Prabowo yang dianggap haus kekuasaan (tidak sedikit pula yang mengkait-kaitkan sikap Prabowo ini dengan kejadian pelanggaran HAM tahun 1998).

***

Mencermati pilpres 2014 dari awal sampai akhir, khususnya masa-masa kampanye dan debat capres dimana Prabowo tampil lebih personal (belum terkontaminasi anggota koalisi), saya pribadi menilai bahwa apa yang ditunjukkan Prabowo dalam insiden-insiden ganjil tersebut bukanlah karakter asli Prabowo.  Ibarat sedang menghelat pesta besar, Prabowo ini terlalu banyak minum "wine" sehingga agak mabok dan terganggu nalar sehatnya.

Saya masih ingat betul pernyataan Prabowo yang akan taat konstitusi dan menerima apapun keputusan KPU, termasuk ketika (dalam debat capres) Prabowo menyalami dan memeluk Jokowi sebagai tanda mengamini ide Jokowi yang dinilai baik dan brilian meskipun tim peasehatnya menginstruksikan untuk melawan apapun ide Jokowi. Saya rasa ini kejadian yang genuine bebas rekayasa yang menunjukkan sisi kenegarawanan Prabowo. Jangan lupa Gus Dus (konon kabarnya) juga pernah menyampaikan bahwa Prabowo adalah orang yang paling ikhlas pada rakyat Indonesia. Andaikan benar tak mungkinlah Gus Dur menilai orang tanpa dasar.

Menyaksikan fase akhir drama Pilpres 2014 dimana kubu Prabowo -Hatta mengadakan konferensi pers dan Prabowo tidak tampil (lebih memilih mengunjungi pendukungnya yang terluka akibat bentrok dengan polisi di depan gedung MK) meyakinkan saya bahwa Prabowo mulai "sembuh" dan mulai hilang pengaruh "wine" -nya.

Bagaiamana Kelanjutan Gugatan PTUN, MA dan Pansus Pilpres?

Menarik sekali memprediksi langkah-langkah Koalisi Merah Putih (kubu Prabowo) setelah kandas di MK. Tetapi menurut hemat saya dalam beberapa hari mendatang Prabowo akan "sembuh" total dan kembali menunjukkan karakter aslinya.

PTUN dan MA

Dalam logika strategi militer pertarungan di MK itu ibarat menembaki pesawat musuh dengan rudal. PTUN dan MA ibarat menembaiki pesawat musuh dengan senapan angin dan ketapel. Setelah tidak berhasil menjatuhkan pesawat musuh dengan rudal, sangat tidak masuk akal mengganti senjata dengan senapan angin atau ketapel. Langkah ini tidak akan diambil Prabowo. Ini strategi konyol dan bodoh.

Pansus Pilpres

Pansus pilpres adalah langkah kontraproduktif yang akan dicibir publik. Langkah politik yang tidak bermanfaat bagi masyarakat dan akan menuai kegaduhan dan kecaman publik. Partai Gerindra saat ini adalah partai politik yang sedang naik daun dan dipercaya masayarakat. Pansus Pilpres terlalu beresiko bagi kelangsungan dan perkembangan partai Geridra. Prabowo yang sudah bebas pengaruh "wine" tidak akan mengambil resiko ini.

Secara teknis pansus pilpres juga sulit dilakukan oleh parlemen saat ini karena sudah diujung masa tugas. Jangan lupa bahwa anggota DPR saat ini juga harus memikirkan nasipnya sendiri-sendiri karena periode berikutnya banyak yang sudah harus keluar dari gedung DPR karena gagal mempertahankan kursinya.

Bagaimana jika pansus pilpres ditangani oleh DPR periode mendatang? Bisa juga, tetapi rasanya terlu naif dan akan menjadi insiden ganjil yang akan menurunkan derajat kenegarawanan wakil rakyat yang terhormat. Pansus Bank Century OK karena berusaha mengungkap kasus korupsi yang merugikan rakyat. Pansus pilpres dipertanyakan manfaatnya bagi rakyat. Lagi pula parpol yang saat ini getol menyuarakan pansus pilpres seperti Golkar kemungkinan akan segera berganti haluan karena perubahan  nahkoda.

Mari kita buktikan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun