Saya mengecek CD yang baru saya punya, lem di bagian dalamnya sudah lepas, saya musti bilang apa, harga CD sekarang sama dengan harga CD dulu yang saya beli waktu kecil (?). Namun ada hal lain yang entah membuat miris atau bersyukur, album musik sekarang adalah sebuah bonus CD dari pembelian ayam goreng cepat saji. KFC lebih jenius dari perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor olahragawan, seperti sepak bola, yang namanya hanya nyempil di kaos atau di pinggir-pinggir lapangan. Sebaliknya yang terjadi dalam perkembangan musik Indonesia, para artis dan CD albumnya-lah yang datang berbondong-bondong meramaikan gerai dan penjualan ayam goreng di KFC. Apa mau dikata, berkat sistim distribusi mereka juga yang tersebar merata hampir di sepenjuru Indonesia, para pelaku musik masih bisa menjual CD hingga sejuta keping lebih.
Orang boleh gemas dengan aksi monopoli ini, namun saya belum tau formula lain yang lebih baik untuk menghambat aksi para pembajak dan juga para pengunduh yang tak paham hukum karma. Artis-artis dari label besar, seperti Noah, Rossa, Agnes Monica, Ahmad Dhani hingga band-band indie boleh masukseleksi KFC, asal satu : memenuhi kriteria selera pasar. Yah, semoga kemenangan bagi semua pihak. kecuali buat konsumen musik yang tidak doyan makan ayam. Saya ingat di masa lalu, pengalaman mendengarkan musik dimulai dari penemuan-penemuan yang serupa ‘keajaiban’, saya ingat datang ke toko musik sekeluarga, kami langsung menyebar dan perburuan pun dimulai. Saya ingat sensasinya, dimulai ketika melihat sampul-sampul CD yang melambungkan imajinasi, mencoba menebak-nebak isi dengan membaca judul album dan judul-judul yang ditulis di belakang, semua detil menjadi begitu penting.
Sering juga saya tidak tau apa yang saya cari, mencobanya satu-satu, dan ketika akhirnya menemukan keajaiban di dalamnya, kadang beberapa orang sangat norak bicara keras-keras dengan head phone masih di kepala. Dan karena buat kami harganya mahal, saya harus mengumpulkan uang jajan dulu sebelum bisa datang ke tempat ini. Untuk memilih satu album saja saya bisa berjam-jam lamanya. Dan biasanya keluarga saya baru berkumpul lagi ketika satu per satu dari kami mulai merasa haus dan lapar. Sungguh sebuah pengalaman kaya rasa. Namun kesulitan-kesulitan itu pula ternyata yang mendorong maraknya pembajakan, meruntuhkan kerajaan bernama industri musik. Tentu senang segala hal sudah dipermudah internet sekarang, ‘kesulitan yang menggairahkan’ yang dulu saya alami terdengar tidak masuk akal buat generasi sekarang.
[caption id="attachment_371265" align="aligncenter" width="599" caption="Alfa Records"]
Saya belum pernah tau seperti apa acara rilis album itu. Sampai seumur gini, saya masih pingin tahu banyak hal. Niat awal hanya ingin nonton penampilan perdana Virzha dengan lagu-lagu dalam album Satu, tapi dipikir-pikir kalau tidak masuk dari awal mustahil saya dapat celah untuk nyempil di ruangan sempit itu. Lagipula terlanjur terjebak di sana dan sudah kembung minum soft drink, mau ngapain lagi? Di atas panggung berjajar-jajar 6 orang berdiri, dari kiri : Mas Pongki Barata sebagai pencipta lagu Aku Lelakimu yang menjadi single pertama dalam album Satu, pak Ade Direktur dari Alfa Records, Virzha sang musisi yang menjadi bintang utama, seorang wakil dari Music Factory (perusahaan milik KFC), seorang wakil dari SMN, seorang wakil dari manajemen KFC.Acara konferensi pers pun dimulai, saya cuplik sedikit yang menarik perhatian saya… “Menurut kami Virzha sudah penyanyi yang luar biasa, kami tidak berharap dia bisa menciptakan lagu, tapi ternyata dia bisa. Awal-awalnya beberapa lagu kami tolak, tapi makin lama Virzha mulai mengerti apa yang dimau sama label, sehingga akhirnya ada enam lagu yang kami rasa cocok masuk album...,” pak Ade sedikit memberi gambaran. Rupanya seperti itu prosesnya.
Dari sesi tanya jawab, seorang dari Detik.com membuka pertanyaan, “Dari preview-nya, Virzha kedengarannya seperti ke-Dhani-Dhani-an…?”, Pak Ade menjawab, “Memang suara rendah Virzha kebetulan mirip… Tapi Virzha punya karakter sendiri yang berbeda.” Pongki menimpali, “Mungkin musisi yang diacu Ahmad Dhani kebetulan sama dengan apa yang diacu Virzha…”. Virzha sendiri menambahkan “… Tapi yang pasti Ahmad Dhani lebih bagus dari pada Virzha... ”, yang disambut teriakan tidak setuju dari para Devotees. Tapi kelakuan ajaib juga bisa dilakukan oleh seorang wartawan, “Bisa diceritakan kesulitan dalam menyanyikan lagu atau pas melakukan adegan di video clip?” Sebelum dijawab, MC melempar pertanyaan balik, “Sudah lihat video clip-nya mbak?”, sang wartawan menjawab polos, “Belum…” (Saya rasa dia datang untuk doorprize). Virzha senyum –senyum menjawab, “Ga ada sih, kebetulan semua ciptaanku atau aku yang pilih sendiri. Kalo sutradara udah kasih tau, ‘nanti kalo dipeluk dari belakang diem aja ya’, ya udah aku diem, hehe...”
Suasana sebetulnya cukup hangat, di sudut panggung tampak dua anak dari mas Pongki masih pakai seragam sekolah duduk bergeletakan menunggui ayahnya kerja, ahaha... Sejujurnya yang saya tulis di atas hanya berdasarkan ingatan, tidak saya rekam, karena awalnya tidak berniat menulis tentang acara rilis album. Tapi karena saya cek sampai hari ini, tulisan di media tidak ada yang cukup memberi gambaran pada mereka yang tidak hadir, maka saya tulis ini untuk sekedar melengkapi sedikit saja.
[caption id="attachment_371266" align="aligncenter" width="630" caption="atitere"]
Dan akhirnya Virzha memperdengarkan untuk pertama kalinya, 4 buah lagu dari album Satu. Para penggemar melesak ke depan panggung, sebagian duduk di bawah. Bung Randa Oktovandi bersama The Tahan Brothers, menjadi band resmi yang akan mengiringi konser Virzha dimana pun. Dibuka dengan tembangJika, yang membuat saya hampir melonjak dari kursi, berturut-turut kemudian Hadirmu, Kita Yang Beda – Rizky Ares selaku peng-aransemen seluruh lagu dalam album Satu- duduk memainkan keyboard di lagu ini, dan diakhiri nyanyi bareng dalam Aku Lelakimu. Seru, penuh jeritan. Beberapa penggemar berteriak “To You…! To You..!” kelihatannya mereka sudah punya lagu favorit dari semenjak kilasan pendek album diluncurkan, Untukmu.
Namun acara terus bergulir, dilanjutkan dengan ritual KFC : si artis harus menjadi pramusaji di balik meja transaksi, melayani pembelian CD yang langsung ditanda tangani. Saat itu saya mulai lapar. Setelah dari sana kamera TV sudah menanti Virzha untuk melakukan promo album di salah satu acara gosip. Lanjut lagi acara jumpa fans, Virzha melayani dengan sabar satu persatu fans yang ingin berfoto bersama. Saya pikir mereka berfoto bersama-sama dengan seluruh devotees, ternyata satu-satu fotonya. Saya tidak bisa bilang jadi artis itu enak.
[caption id="attachment_371267" align="aligncenter" width="630" caption="atitere"]