“Minta paket nasi ayamnya, mas. ”
“Sekalian paket CD-nya, mbak?”
“Sudah punya tuh.”
“Baik. Paket nasi ayamnya berapa, mbak? Mbak…?”
Sesaat perhatian saya tercuri ke kegiatan meja transaksi sebelah yang kacau, seorang ‘pramusaji gondrong’ dari ‘devisi musik’, tampak sibuk melayani pembeli yang berdesak-desakan tak sabar, ada saja tingkahnya membuat beberapa kali para gadis berteriak, termasuk juga para gadis yang di dapur. Ia tidak berhasil membuat orang mengantri dengan tertib. Sementara di deretan saya orang-orang berbaris tenang sekalipun lapar.
“Hmm, berapa paket nasi ayam yang musti saya beli supaya dapet bonus…dia!” saya menunjuk lurus kearah ‘pramusaji gondrong’ yang sontak menoleh ke saya sambil mengeluarkan ekspresi-ekspresi muka lucunya…
[caption id="attachment_371263" align="aligncenter" width="630" caption="atitere"][/caption]
Begitulah kurang lebih suasana di salah satu titik seputaran Tugu Tani, Jakarta, sore hari tanggal 27 Februari 2015. Beberapa saat sebelumnya, diawali dengan langit yang cerah, entah apa yang ditunggu, Virzha sendiri sudah datang sejak lama, wajahnya begitu ceria, kalung-kalung kayunya berjuntaian di balik kemeja putih yang dibuka beberapa kancing. Seseorang berkacamata nampak paling sibuk hampir tidak pernah duduk, Ai Lauda dari bagian Artist & Repetoir Alfa Records, seperti seorang ayah yang panik hendak menggelar pernikahan anaknya. Karena satu dan lain hal acara rilis album bertajuk Satu ini berlangsung molor.
KFC sendiri adalah bisnis yang sibuk, ditambah banyak penggemar dan kalangan media yang datang bahkan dari pulau lain, ruangan untuk menggelar acara tampak terlalu kecil untuk menampung semua. Namun adalah sempurna, ketika akhirnya penampilan bening dari Yuka dengan gitar akustiknya membuka acara. Teman-teman Virzha dari Idol seperti Gio dan Ryan turut hadir di hari penting sahabat mereka. Tak lama Virzha menerobos masuk, disambut riuh para penggemarnya yang disebut Devotees, maka semakin sesaklah suasana di dalam. Kamera-kamera mulai diarahkan, sebagian besar mengikuti acara sambil berdiri, untung di tengah acara ada seorang wartawan yang tidak tergiur menunggu doorprize meninggalkan kursinya, langsung saya sambar.
Saya tidak mewakili media apapun, ketika seorang mas-mas bertanya: “Mbak ‘dari mana’?”, saya jawab dengan jujur, “Saya dari tadi”. Hujan juga sempat turun di luar saat sesi jumpa pers berlangsung. Sungguh hari yang sempurna untuk mengawali penjualan CD album Satu dari Virzha di seluruh gerai KFC Indonesia yang berjumlah lebih dari 500 itu..! Masih suasana Imlek, semoga saja keberuntungan selalu menyertai perjalanan karir beliau...
[caption id="attachment_371264" align="aligncenter" width="630" caption="atitere"]
Saya mengecek CD yang baru saya punya, lem di bagian dalamnya sudah lepas, saya musti bilang apa, harga CD sekarang sama dengan harga CD dulu yang saya beli waktu kecil (?). Namun ada hal lain yang entah membuat miris atau bersyukur, album musik sekarang adalah sebuah bonus CD dari pembelian ayam goreng cepat saji. KFC lebih jenius dari perusahaan-perusahaan yang menjadi sponsor olahragawan, seperti sepak bola, yang namanya hanya nyempil di kaos atau di pinggir-pinggir lapangan. Sebaliknya yang terjadi dalam perkembangan musik Indonesia, para artis dan CD albumnya-lah yang datang berbondong-bondong meramaikan gerai dan penjualan ayam goreng di KFC. Apa mau dikata, berkat sistim distribusi mereka juga yang tersebar merata hampir di sepenjuru Indonesia, para pelaku musik masih bisa menjual CD hingga sejuta keping lebih.
Orang boleh gemas dengan aksi monopoli ini, namun saya belum tau formula lain yang lebih baik untuk menghambat aksi para pembajak dan juga para pengunduh yang tak paham hukum karma. Artis-artis dari label besar, seperti Noah, Rossa, Agnes Monica, Ahmad Dhani hingga band-band indie boleh masukseleksi KFC, asal satu : memenuhi kriteria selera pasar. Yah, semoga kemenangan bagi semua pihak. kecuali buat konsumen musik yang tidak doyan makan ayam. Saya ingat di masa lalu, pengalaman mendengarkan musik dimulai dari penemuan-penemuan yang serupa ‘keajaiban’, saya ingat datang ke toko musik sekeluarga, kami langsung menyebar dan perburuan pun dimulai. Saya ingat sensasinya, dimulai ketika melihat sampul-sampul CD yang melambungkan imajinasi, mencoba menebak-nebak isi dengan membaca judul album dan judul-judul yang ditulis di belakang, semua detil menjadi begitu penting.
Sering juga saya tidak tau apa yang saya cari, mencobanya satu-satu, dan ketika akhirnya menemukan keajaiban di dalamnya, kadang beberapa orang sangat norak bicara keras-keras dengan head phone masih di kepala. Dan karena buat kami harganya mahal, saya harus mengumpulkan uang jajan dulu sebelum bisa datang ke tempat ini. Untuk memilih satu album saja saya bisa berjam-jam lamanya. Dan biasanya keluarga saya baru berkumpul lagi ketika satu per satu dari kami mulai merasa haus dan lapar. Sungguh sebuah pengalaman kaya rasa. Namun kesulitan-kesulitan itu pula ternyata yang mendorong maraknya pembajakan, meruntuhkan kerajaan bernama industri musik. Tentu senang segala hal sudah dipermudah internet sekarang, ‘kesulitan yang menggairahkan’ yang dulu saya alami terdengar tidak masuk akal buat generasi sekarang.
[caption id="attachment_371265" align="aligncenter" width="599" caption="Alfa Records"]
Saya belum pernah tau seperti apa acara rilis album itu. Sampai seumur gini, saya masih pingin tahu banyak hal. Niat awal hanya ingin nonton penampilan perdana Virzha dengan lagu-lagu dalam album Satu, tapi dipikir-pikir kalau tidak masuk dari awal mustahil saya dapat celah untuk nyempil di ruangan sempit itu. Lagipula terlanjur terjebak di sana dan sudah kembung minum soft drink, mau ngapain lagi? Di atas panggung berjajar-jajar 6 orang berdiri, dari kiri : Mas Pongki Barata sebagai pencipta lagu Aku Lelakimu yang menjadi single pertama dalam album Satu, pak Ade Direktur dari Alfa Records, Virzha sang musisi yang menjadi bintang utama, seorang wakil dari Music Factory (perusahaan milik KFC), seorang wakil dari SMN, seorang wakil dari manajemen KFC.Acara konferensi pers pun dimulai, saya cuplik sedikit yang menarik perhatian saya… “Menurut kami Virzha sudah penyanyi yang luar biasa, kami tidak berharap dia bisa menciptakan lagu, tapi ternyata dia bisa. Awal-awalnya beberapa lagu kami tolak, tapi makin lama Virzha mulai mengerti apa yang dimau sama label, sehingga akhirnya ada enam lagu yang kami rasa cocok masuk album...,” pak Ade sedikit memberi gambaran. Rupanya seperti itu prosesnya.
Dari sesi tanya jawab, seorang dari Detik.com membuka pertanyaan, “Dari preview-nya, Virzha kedengarannya seperti ke-Dhani-Dhani-an…?”, Pak Ade menjawab, “Memang suara rendah Virzha kebetulan mirip… Tapi Virzha punya karakter sendiri yang berbeda.” Pongki menimpali, “Mungkin musisi yang diacu Ahmad Dhani kebetulan sama dengan apa yang diacu Virzha…”. Virzha sendiri menambahkan “… Tapi yang pasti Ahmad Dhani lebih bagus dari pada Virzha... ”, yang disambut teriakan tidak setuju dari para Devotees. Tapi kelakuan ajaib juga bisa dilakukan oleh seorang wartawan, “Bisa diceritakan kesulitan dalam menyanyikan lagu atau pas melakukan adegan di video clip?” Sebelum dijawab, MC melempar pertanyaan balik, “Sudah lihat video clip-nya mbak?”, sang wartawan menjawab polos, “Belum…” (Saya rasa dia datang untuk doorprize). Virzha senyum –senyum menjawab, “Ga ada sih, kebetulan semua ciptaanku atau aku yang pilih sendiri. Kalo sutradara udah kasih tau, ‘nanti kalo dipeluk dari belakang diem aja ya’, ya udah aku diem, hehe...”
Suasana sebetulnya cukup hangat, di sudut panggung tampak dua anak dari mas Pongki masih pakai seragam sekolah duduk bergeletakan menunggui ayahnya kerja, ahaha... Sejujurnya yang saya tulis di atas hanya berdasarkan ingatan, tidak saya rekam, karena awalnya tidak berniat menulis tentang acara rilis album. Tapi karena saya cek sampai hari ini, tulisan di media tidak ada yang cukup memberi gambaran pada mereka yang tidak hadir, maka saya tulis ini untuk sekedar melengkapi sedikit saja.
[caption id="attachment_371266" align="aligncenter" width="630" caption="atitere"]
Dan akhirnya Virzha memperdengarkan untuk pertama kalinya, 4 buah lagu dari album Satu. Para penggemar melesak ke depan panggung, sebagian duduk di bawah. Bung Randa Oktovandi bersama The Tahan Brothers, menjadi band resmi yang akan mengiringi konser Virzha dimana pun. Dibuka dengan tembangJika, yang membuat saya hampir melonjak dari kursi, berturut-turut kemudian Hadirmu, Kita Yang Beda – Rizky Ares selaku peng-aransemen seluruh lagu dalam album Satu- duduk memainkan keyboard di lagu ini, dan diakhiri nyanyi bareng dalam Aku Lelakimu. Seru, penuh jeritan. Beberapa penggemar berteriak “To You…! To You..!” kelihatannya mereka sudah punya lagu favorit dari semenjak kilasan pendek album diluncurkan, Untukmu.
Namun acara terus bergulir, dilanjutkan dengan ritual KFC : si artis harus menjadi pramusaji di balik meja transaksi, melayani pembelian CD yang langsung ditanda tangani. Saat itu saya mulai lapar. Setelah dari sana kamera TV sudah menanti Virzha untuk melakukan promo album di salah satu acara gosip. Lanjut lagi acara jumpa fans, Virzha melayani dengan sabar satu persatu fans yang ingin berfoto bersama. Saya pikir mereka berfoto bersama-sama dengan seluruh devotees, ternyata satu-satu fotonya. Saya tidak bisa bilang jadi artis itu enak.
[caption id="attachment_371267" align="aligncenter" width="630" caption="atitere"]
Maka inilah yang saya lakukan untuk sebuah hobi! Akhirnya membatalkan semua agenda kerja di hari itu, sehingga akhirnya saya bisa ceria seperti yang lain. Senangnya melakukan hal di luar rutin, ngobrol dengan para devotees, bahkan sempat-sempatnya ada yang mau jadi calon klien saya, haha. Keseluruhan acara hari itu berakhir saat maghrib, Virzha berpamitan pada penggemarnya untuk melakukan sholat. Saya masih berbincang santai dengan admin misterius Alfa Records, Syaiful Amri. Sebetulnya sudah tidak yakin, apakah saya masih bisa melakukan wawancara dengan Virzha?
Janji boleh janji, dari permintaan saya beberapa jam sebelum launching, ternyata tidak memungkinkan, bung Ai Lauda bilang jam 4 sore dengan insya Allah, saya masih menawar, hingga ternyata seluruh acara mundur, saya sangat-sangat memahami seluruh kerepotan yang mereka jalani akhir-akhir ini. Suami saya menelpon bolak-balik, saya bilang orang rilis album juga cuma satu tahun sekali, saya akan pulang sebelum anak saya tidur. Lagipula sudah lama saya tidak punya hobi. Dan ketika akhirnya mahkluk gondrong itu tiba-tiba muncul di hadapan saya kira-kira jam 18.30, saya sebetulnya tidak tega, beliau belum makan, bolak balik bilang : “Gapapa, gapapa...” Sungguh dia orang baik.
Saya tidak bisa membedakan, apakah Virzha lelah atau tidak. Mungkin karena semangatnya hari itu, ia masih terlihat bugar. Yang jelas dia lapar, walau tidak ngaku. Segera saja saya mulai perbincangan sebelum beliau masuk angin...
[caption id="attachment_371269" align="aligncenter" width="420" caption="atitere"]
T : Tadi di press conference sudah dijelasin kenapa akhirnya cuma 6 lagu kamu yang masuk. Tapi untuk lagu-lagu lain gimana prosesnya sampe bisa masuk album?
J : Banyak faktor sebenarnya. Tapi salah satu faktor yang jelas pastilah karena aku suka lagunya. Lagu-lagu ini belum pernah dipolpulerkan sebelumnya, jadi milih lagulah… aku dikasih lagu-lagu yang musti dipilih, ada beberapa lagu dari banyak banget lagu yang dikasih, aku pilih untuk aku masukin ke dalam album.
T : Yang mengarahkan musiknya siapa?
J : Sebenernya dari aku, ide semua yang di dalam itu sebenernya dari Virzha sendiri yang kemudian diteruskan sama tim aku. Misalnya aku pengen lagunya kaya gini, mau nanti bakal jadinya yang sperti ini, selanjutnya bakal diteruskan sama music director, dari direktur marketing ku juga.
T : Biasanya dalam album itu ada lagu-lagu yang berasa di-aransemen lebih, kalo kamu kayaknya semua lagu dikuliknya sama besar porsinya. Bagus sih kamu ga pilih kasih, tapi sebenernya lagu mana setelah Aku Lelakimu yang jadi jagoan?
J : Kalo jagoannya kita masih mikir. Kalo dari aku, ya pengennya lagu aku sendiri pastinya. Tapi yang jelas aku di sini gak kerja sendiri, aku udah masuk ke dalam namanya industri musik Indonesia, jadi butuh pemikiran yang sangat matang, pertimbangan yang matang juga. Walaupun misalnya aku dari segi musisinya pengennya lagunya yang ini, tapi dari segi produksi harus dipikirin juga, maka lagu yang dipilih itu nanti ga boleh sembarangan, karena album Satu ini gak sembarangan, semua lagu-lagu yang ada di dalamnya gak sembarangan, jadi kita gak mau memilih sembarangan juga, semua bener-bener dipikirin gak hanya cuma segi industri aja tapi kita harus mikir juga enak lagunya apa engga...
T : Dulu kamu bilang lagu-lagu ciptaan kamu ditujukan untuk Tuhan. Tapi apa pada akhirnya beberapa misal liriknya kamu pelintir supaya lebih sesuai pasar?
J : Sebenernya intinya adalah iya, Tuhan, kaya lagu Jika itu tentang manusia yang bertikai, diciptakan Tuhan alam ini untuk dijaga bukan untuk diobrak-abrik, diciptakan Tuhan sifat baik ya untuk berbuat baik bukan untuk bertikai, semacam itu, karena kalau suatu hari matahari ga bercahaya lagi manusia mau bilang apa? Di Jika itu diceritain… Terus Hadirmu itu cerita tentang Tuhan juga. Jangan Simpan Rindu juga tentang Tuhan, kalau kita rindu sama Tuhan, ya sholat ya kalau buat yang muslim. Untukmu juga tentang Tuhan.
T : Untukmu tentang Tuhan? Itu menarik ya. Jadi di situ kamu balik ceritanya, ‘Aku’ di situ adalah Tuhan, terus yang tidur di pangkuan itu jadi kamu…?
J : Untukmu itu tentang Tuhan. Sebenernya dari judul album aja itu udah Tuhan. Satu itu Tuhan. Tidak ada Tuhan selain, ya itu, Tuhan.
T : Jadi statement di album Satu ini bener-bener tentang Tuhan?
J : Iya. Sama dengan lagu-lagu orang yang aku pilih itu juga, aku beranggapannya tentang Tuhan. Ya aku gak tau dari penciptanya dia membayangkan apa, tapi aku menyanyikan itu pada awalnya memang membayangkan sosok Tuhan.
T : Kamu kayaknya dekat banget dengan Tuhan, maksudnya semua orang juga dekat sama Tuhan, gak semua memang, tapi kamu hubungan dengan Tuhan bener-bener seperti sepasang kekasih… Sementara banyak orang arahnya lebih ke ‘takut’nya.
J : Iya, pasti. Abis gimana ya, namanya juga Tuhan, kalau gak ada dia gak ada Virzha, gak ada bumi. Kalau dibilang takut pasti takutlah sama Tuhan. Tapi yang jelas ya sebisanya kita berbuat baik, kita dedikasikan buat Dia, lagu-lagu aku buat, aku dedikasikan buat Dia, buat hidup aku juga kan akhirnya. Buat keluarga. Yah kenapa engga?
T : Hmm.. mungkin itu ya kenapa saya tertarik mengekspos kamu, gak sekedar nyanyi bagus dan keren, kamu kaya bawa nilai-nilai gitu, walau keliatannya kelakuannya… hahaha..
J : Haha…
[caption id="attachment_371270" align="aligncenter" width="630" caption="atitere"]
T : Ok, jadi balik lagi yang jadi favorit kamu di album Satu ini apa dong?
J : Lagunya? Rata-rata semua favoritku, tapi yang paling favorit itu… ada laguku yang judulnya Jika, sangat favorit kalo buat aku. Terus ada lagi, Berpura-Pura, itu favoritku juga, terus Hadirmu. Rata-rata laguku sih yang jadi favoritku… Emang kamu udah denger ya? Denger dimana?
T : Eng…Udah. (Tiba-tiba bang Ai Lauda teriak, “Waktu itu denger di kantor…!”). Iya saya denger terus saya puter di otak terus, jadi inget…
J : Berpura-Pura, itu juga tentang Tuhan. Jangan berpura-puralah… kalau memang sudah ada keyakinan… di dalam diri anda… untuk mendekatkan diri kepada Dia…
T : Amin… (kok saya seperti ditampol?) Ok, itu tadi kalo yang lagu ciptaan kamu, kalo lagu ciptaan orang? Yang jadi favorit kamu yang mana?
J : Kita Yang Beda, ciptaan Lyla Naga, Naga Lyla maksudnya… Hehe…
T : Ada pengalaman pribadi?
J : Kalo pengalaman pribadi pasti ada. Makanya aku pilih lagu itu juga…
T : Terus berarti kalo kamu nanti manggung bawainnya lagu-lagu kamu di album? Gak bawain lagu orang lagi?
J : Iya, kan sekarang lagi masa-masa promo nih. Tapi kalo bawa lagu-lagu orang lebih penyemangat aja lah, satu-dua, selebihnya bawain lagu sendiri.
T : Katanya ada soundtrack ya? Kamu main film?
J : Iya. Tadinya emang ada rencana soundtrack, tapi terus karena ada cerita… jadi - engga jadi, eh taunya gak jadi. Engga, lagu soundtrack aja. Lagu Jika itu sebenernya soundtrack, tapi gak jadi.
T : Ok. Seandainya ada musisi yang kamu pengen belajar terus kamu ajak kolaborasi di next album, entah drumnya, gitarnya, atau apa… musisi Indonesia siapa? Jangan bilang Ahmad Dhani, dan jangan sebut yang udah meninggal, hehe…
J : Ya kalo sama Ahmad Dhani kan udah satu band, ya kali sama yang udah meninggal, hehe… Pengen sama mas Tohpati kali, pengen coba, karena memang aku bisa dibilang bukan sinergi dengan dia tapi kolaborasi. Beda sinergi sama kolaborasi, kalo sinergi sama-sama aliran musiknya, tapi kalo sama mas Tohpati kan aliran musiknya beda banget, kalo disatuin jadinya gimana gak tau, penasaran aja…
T : Wah, akan sangat saya tunggu… Nah, sekarang kan dari temen-temen idol udah pada ngeluarin single, Nowela, Husein, Yuka, kamu udah dengerin belum? Terus menurut pendapat kamu gimana?
J : Udah, menurutku bagus, bagus. Itu pasti pilihan mereka, sama kaya aku jatohnya, Aku Lelakimu itu pilihanku. Sama berarti itu pilihan mereka, itu yang terbaik buat mereka. Bagus banget.. Nowela punya karakter R&B dan karakter dia sendiri kuat banget, pas banget sama lagunya. Sama Husein juga punya karakter rock-rock yang gimana… Rock Arabian ya. Sama itu bagus banget. Sama Ubay juga, Gio, Yuka, temen-temenlah, rata-rata semua udah keluarin.
T : Ok, yang favorit kamu siapa?
J : Nowela kali. Nowela bagus.
T : Terus kalo kamu disuruh pilih siapa yang pengen kamu ajak kolaborasi di album misalnya siapa?
J : Sama Yuka kali ya, kan satu label juga kan. Terus Yuka juga musiknya berbeda banget sama Virzha. Jatuhnya ya kolaborasi.
T : Sebetulnya siapa yang paling berpengaruh yang paling kamu dengerin dalam pembuatan album kemarin?
J : Orang tua. Begitu lagunya kelar aku gonjrang-gonjreng gitar… lagu yang kemaren direkam itu sebenernya lagu-lagu yang udah lama banget. Jadi lagu-lagu itu udah jauh sebelum idol udah ada sebenernya. Tapi dari masa ke masa kan beda-beda tuh band dan yang aku denger-dengerin musiknya, influence aku juga apa yang popular, misal bulan ini lagi seneng denger apa, jadi ya kebetulan aja jatuhnya di situ ya lagunya jadi kaya gitu… Yang jelas… ya begitu itu, hehe..
T : Ooo… Tapi sebenernya influence yang paling besar buat kamu?
J : Kalo influence, Peter Cetera sebenernya influence banget buat aku. Aku ngefans banget sama dia, saking ngefans-nya aku sampe gak pernah bawain lagu dia, karena aku takut salah aja, lagu dia bagus-bagus, kalo sampe salah dikit aja buat aku rugi banget. Aku gak pernah bawain lagu Peter Cetera, cukup didengar aja, di kamar mandi atau karaokean aja. Aku senengnya emang lagu-lagu lawas…
T : Ok. Hmm, gimana ya ngomongnya… lagu Hadirmu, anggap saja saya membayangkan awalannya ada suara harmonika…
J : Ok, balik lagi, ini memang pada awalnya lagu itu aku buat blues banget. Di awalannya ada suara harmonika, cuman karena memang ya namanya juga industri ya, kita perlu pertimbangkan bener-bener, makanya aku bilang album Satu ini gak sembarangan… Jadi ya, unsur itu tetep ada, unsur rock juga ada, tapi tetep harus bisa enak didenger ke semua kalangan, bisa dibilangnya begitu…”
T : Wah, sayang banget kalo versi itu gak diperdengarkan ke orang?
J : Didengerin ke oranglah pasti. Nanti kalo pas manggung pasti pake harmonika….
T : Yang main harmonikanya siapa? Kamu? Emang kamu seneng main harmonika? Iya dong mainin yang versi blues…
J : Iya, aku seneng main harmonika, kalo ada temen yang main gitar aku yang main harmonikanya. Nanti ya mudah-mudahan…
T : Terus lagu Untukmu kenapa kamu pilih musiknya disco?
J : Ya… karena itukan musik disco tahun-tahun 80-an 70-an gitu ya? Jarang di Indonesia, bisa dikategorikan jarang. Musik-musik pada jaman itu memang musik yang menggairahkan anak muda banget.
T : Itu keren tuh, misalnya kamu bikin lomba kayak iklan Axe yang dulu tuh, tau gak, yang ada cowok nerd di bar terus disco-disco, diikutin dua cewek, kaya apa ya, kaya dibikin semacam tarian Gangnam Style gitu lah, tarian yang bisa diikutin banyak orang rame-rame, suruh devotees kamu tuh karangin tarian terus dilombain gitu… hahaha… Saya sih bisa bayangin lagu ini diputer di radio-radio, semua segmen bisa masuk…
J : Oh iya..iya… bagus tuh, bagus, hehe…
T : Tapi secara jujur ya, album Satu ini udah memuaskan seorang Virzha belum?
J : Sangat memuaskan. Karena enam lagu Virzha ada di dalamnya, terus selebihnya lagu pilihan Virzha, bukan pilihan orang, bukan pilihan siapa-siapa, pure pilihan Virzha semuanya. Mungkin bisa dikatakan secara garis besar, album ini orisinil Virzha. dari musiknya biarpun selanjutnya ada yang meneruskan, jadi ya sangat memuaskanlah. Tapi ya gak cukup sampe di sini ya, aku pengen lebih puas lagi, namanya juga manusia, pengen lebih daripada ini… Mudah-mudahan bisa pada karya-karya aku selanjutnya.
T : Saya rasa kalo kamu nanti live juga kamu bakal rubah-rubah juga musiknya seperti biasa kan?
J : Kalo untuk awal-awal mungkin enggalah, promo dulu kan. Mungkin untuk beberapa panggung-panggung dekat ini engga, tapi selebihnya iya, bakal aku rubah-rubah lagi…
T : Terus ke depan jenis musik yang mau dicoba lagi apa?
J : Mungkin gini, aku yakin jenis musik yang aku gandrungi sekarang, kalo menurut aku ya VIrzha… Udah patenin Virzha. Aku mikir ke depannya aku bakal lebih bebas lagi untuk bermusik, jadi ga ada patokan jenis musik apa, bisa jadi jenis musik lain tapi dengan jiwa yang sama… Musik itu kan intinya soul, kalo soulnya masih sama… berarti nih misalnya mbak mau nyanyi lagu apapun wah orang pasti bilang si mbak yang nyanyi nih… Sampe sebesar itu…
[caption id="attachment_371271" align="aligncenter" width="420" caption="atitere"]
Astaga, panjang sekali ternyata wawancara ini akhirnya. Jujur yang saya tulis di atas itu hanya perbincangan sekitar 20 menitan. Padahal sebelumnya saya ngaku hanya memakan waktu 30 menit. Sementara akhirnya total obrolan kami molor sampai hampir 1,5 jam ?! Sebetulnya buat apa saya menulis panjang-panjang tentang beliau? Ia bahkan mungkin tidak membaca tulisan saya. "Aku baca kok waktu itu... tapi dikit-dikit. Abis panjang banget tulisannya... Aku ga gampang nangkep kalo tulisan panjang..." Hahaha... Tidak masalah, Virzha. Entah ya, sudah lama tidak melakukan hobi saya, saya senang musik, saya senang menulis, saya senang fotografi, dan saya senang Virzha. Semuanya bisa saya lakukan hanya karena melihat beliau di Idol. Sungguh menyenangkan berbicara dengan seseorang yang penuh semangat, terbuka dan Virzha adalah pendengar & penyimak yang baik - dia tidak pernah salah tangkap kata atau maksud pertanyaan saya, sementara saya sering harus meminta dia mengulang, karena di sekitar kami berisik, fokus sekali beliau. Dia tidak pelit ilmu dan informasi, dan bisa menjelaskan dengan bahasa yang mudah kepada saya tentang musik yang sama sekali bukan bidang saya. Tapi daripada kerjaan saya berantakan, akan saya lanjutkan di tulisan berikutnya. Yang jelas saat itu sebetulnya saya sangat-sangat merasa bersalah, dan saya sampaikan permintaan maaf resmi saya di sini : kepada Virzha, Ai Lauda & teman-teman Alfa Records, Rizky Ares, kedua sepupu Virzha, dan yang lain-lain yang sudah menunggu dan menahan lapar, mohon maaf sebesar-besarnya. Sungguh kalian orang yang baik, sabar, banyak rejeki dan disayang Tuhan. Tapi saya juga bukan tanpa alasan. Akan saya jelaskan di tulisan berikutnya.
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI