Seandainya kita bermimpi. Tiba-tiba saja berada di sebuat tempat yang sangat asing. Dengan orang yang begitu ada. Bahasa yang digunakan tak secuil pun yang kita pahami. Apa yang akan kita lakukan?
Sementara kita butuh tempat untuk menginap. Butuh makan untuk mengisi perut yang kelaparan. Juga buang hajat tak tahu arah dan tempat mana yang tepat.
Pertanyaan yang pertama keluar dari hati, kepala, dan mulut kita adalah, "Mengapa aku berada di kota ini?"
Sambil masih dalam kebingungan berkata, "Di sini tak seorang pun yang aku kenal, tidak jua ada sahabat atau orang yang kasihan kepadaku."
Pada saat laparnya memuncak, hari telah gelap, hajatnya perlu diselesaikan tiba-tiba ia terbangun. Kemudian sadar bahwa siksaan, derita, duka, nestapa, dan penyesalan itu hanya mimpi belaka.
Pada kesempatan lain ternyata ia juga bermimpi. Berada di kota yang sangat asing. Sehingga ia mengalami kegelisahan yang melebihi kegelisahan, kebingungan persis pada mimpi yang pertama.
Kali ini ia pun menyesal datang ke kota itu. Ia tidak terpikir dan tidak ingat bahwa dalam keadaan terjaga ia telah menyadari dan menyesali kegelisahan dan penyesalan serta penderitaan yang dirasakannya dalam mimpi itu.
Ia tidak tahu bahwa ia pernah merasakan penyesalan yang sama dan menyadari bahwa penyesalanya sia-sia. Mengingat semua yang dialaminya hanyalah mimpi belaka.
Seandainya mimpi itu hanyalah perumpamaan atas keadaan diri kita. Ternyata ratusan kali bahkan ribuan kali seumur hidup kita melihat bahwa tekad dan pengaturan yang direncanakan dengan matang berbuah sia-sia.
Ketika sangat sedikit, mungkin tidak ada satu pun yang berjalan sesuai dengan keinginan pernahkah terbersit sebuah penyesalan?
Demikianlah keteledoran, kesalahan, perbuatan terlarang yang acap kali dilakukan kemudian di sesali. Saat penyesalan hilang perbuatan yang serupa dilakukan lagi.
Peristiwa masa lalu memanglah hanya mirip sebuah mimpi. Pada saat terlintas dalam benak tentang perbuatan negatif tersebut rasa penyesalan memuncak dan berniat tidak akan mengulanginya.
Berapa kali penyesalan seperti itu dilakukan? Berapa kali perbuatan yang sama dilakukan?
"Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna." Banyak sekali orang yang hapal beribahasa ini. Sebanyak itu pulalah orang yang telah menyesal kemudian mengulangi perbuatannya.
Padahal jelas-jelas peribahasa lain menyebutkan, orang buta tidak akan kehilangan tongkat dua kali. Benar memang. Malah orang yang punya mata dan mampu melihat dengan tajam malah melakukan kesalahan dan mengulanginya. Hingga berkali-kali bahkan.
Jika kesedihan, kesengsaraan, dan penderitaan akibat perbuatan masa lalu tidak juga menjadikan pelakunya menyesal dan berniat untuk tidak mengulanginya, persis orang yang bermimpi berada di sebuah kota asing dengan segala derita yang dialaminya.
(Sungai Limas, 24 Januari 2021)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H