Pasca berpisah dengan Risanti, hari-hari dokter Farid dipenuhi dengan kesibukan kerja, baik siang bahkan sampai malam. Sebab ia berpendapat bahwa menenggelamkan diri dalam pekerjaan adalah pelarian terbaik dari perasaan kecewa dan terluka akibat kegagalan pernikahan sebelumnya.
Hingga di suatu secara tak sengaja dokter Farid menemukan kertas putih lusuh terselip di bawah lemari pakaian. Hampir saja dibuangnya kertas itu ke tempat sampah, namun ia hentikan ketika tangannya menyentuh benda kecil yang ada di balik gulungan kertas itu. Setelah dibuka, ternyata sebuah alat tespek dengan tanda dua garis merah yang sebenarnya sudah mulai kabur, maklum sudah beberapa tahun lamanya.
Di kertas itu ada tertulis keterangan Ny. Asma. Dia syok dan hampir tak percaya. Padahal dia sudah menyakiti hati dan menyakiti Asma secara fisik. Ternyata saat dia melakukan itu istrinya sedang hamil muda. Sungguh sesal yang terlambat.
Tuhan memang tidak pernah tidur. Dia akan menunjukkan kebenaran bagi hamba yang baik dengan caraNya sendiri. Dengan kuasaNya, bukti bahwa Asma tidak bersalah sama sekali mulai terkuak satu persatu.
Ketika itu Farid sedang iseng coba mencek rekaman cctv beberapa tahun yang lalu. Matanya terbelalak melihat bahwa Asma ternyata sering dimarahi ibunya, menyuruh pembantunya hanya mengerjakan pekerjaan ringan. Selebihnya pekerjaan rumah hampir semuanya dikerjakan Asma. Bila ada tamu yang datang, Asma selalu disuruh menyiapkan hidangan dengan mengatakan bahwa Asma hanyalah seorang pembantu. Itu semua terjadi pada Asma ketika ia tidak ada di rumah (sedang bekerja).
Farid ingat bahwa ada suatu ketika pakaiannya yang mahal hangus kena setrika. Asma dipaksa ibunya Farid untuk mengaku, padahal itu hasil rekayasa ibunya saja.
Farid ingat pula sewaktu dia marah dan tak sengaja memukul wajah istrinya hingga darah mengucur disela kedua bibir Asma. Tangis dokter Farid kian tak terbendung lagi saat menatap rekaman demi rekaman cctv itu, sebenarnya yang tak sengaja dia temukan gudang yang terselip begitu rapat oleh ibunya.
Dengan adanya bukti rekaman cctv itu, dokter Farid bertekad untuk menuruti keinginan Zahwa (anaknya) untuk mencari Asma ke kampungnya dan meminta maaf.
Rombongan keluarga dokter Farid tiba ke kampung Asma, dan mobil mereka langsung parkir di halaman rumah Asma. Walaupun halaman itu tidak pula terlalu luas.
Setelah membuka pintu mobil, Zahwa langsung menghamburkan dirinya ke depan pintu rumah yang tampak sunyi seakan tak ada aktivitas sama sekali. Dokter Farid coba memberanikan diri mengetuk pintu. Sekitar 15 menit mereka menunggu, baru pintu dibuka dari dalam rumah. Nampak seorang anak laki-laki kurus dengan perut agak buncit berusia 4 tahun berdiri menatap rombongan dokter dengan sedikit takut. Matanya agak berair dan kedua tangannya gemetar.
Dokter Faris dengan senyum khasnya sambil menyapa si anak kecil itu sambil menanyakan namanya. Anak kecil itu menjawab dengan terbata bahwa namanya adalah Ihsan. Belum sempat mereka bicara lebih banyak, dari dalam rumah muncul seorang wanita dengan pakaian lusuh dan begitu melihat pada rombongan keluarga dokter Farid, segera wanita itu menggendong Ihsan. Matanya berkaca dan butiran bening pelan mengalir menyusuri pipinya.