Mbak, Fariz dahulu selalu juara satu. Saya tak pernah mampu mengungguli prestasinya.
Tak sempat habis semua pesan WA dibaca, Atikah sesenggukan menahan tangis. Tak tega pada Yusuf yang sejak tadi memperhatikannya.
Bagaimana mungkin suami yang sangat lembut pada istri meninggalkannya lebih dahulu? Bagaimana mungkin orang ramah seperti suaminya dipanggil oleh Yang Kuasa dengan cara sedemikian rupa.
Petanyaan-pertanyaan memenuhi kepala Atikah. Penyesalan dan rasa tak terima masih memenuhi hatinya.
Karena suaminya, dahulu pekerjaan kesenangannya menyulam terpaksa ia tinggalkan. Mengajari anak-anak mengaji pun terpaksa berhenti setelah menjadi istri seorang dokter. Perempuan desa, taat pada suami adalah perintah ibunya. Semua kegiatan ia hentikan. Kadang selepas maghrib hanya Yusuf lah yang sempat diajari mengaji.
Kini ia harus berjuang sendirian membesarkan Yusuf dalam pangkuan, dan janin 5 bulan. Dalam hati kini Atikah pasrah, Tuhan tak tinggal diam. Suaminya orang baik, menjadi pahlawan covid-19 pasti akan mendapat balasan yang setimpal atas semua jerih payahnya.
(Cerita ini fiktif belaka, terinspirasi dari merebaknya covid-19 di Indonesia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H