Mohon tunggu...
Ekriyani
Ekriyani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pembelajar di universitas kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Libur Sekolah, Saatnya Mengajari Anak Memasak

17 Maret 2020   14:42 Diperbarui: 17 Maret 2020   14:51 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Okezone Lifestyle | Pentingnya Mengajarkan Anak Memasak Secara Aktif sejak Dini ...


Pelajaran memasak tak didapat di sekolah

Libur 14 hari dan berada di rumah harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Ketika anak saya diliburkan oleh sekolahnya maka kesempatan untuk mengajarinya memasak.

Sebelumnya sejak pagi hingga sore kegiatannya adalah belajar dan belajar. Jarang sekali menyaksikan ibunya memasak. Padahal sudah SMP belum bisa nencuci beras, memasak nasi. Apalagi memasak berbagai jenis masakan.

Oleh karena itu, kesempatan ini tak saya sia-siakan. Dimula dengan mengajarinya menakar beras dari tempatnya. Berapa takar sekali memasak. Memilah gabah di antara beras.

Kemudian mengajari caranya mencuci hingga tak membuang kotoran yang melekat pada beras. Memberitahukan, bagaimana agar beras yang dicuci tak membuang gizi yang ada pada beras.

Menambahkan air dan bagaimana mengaduk beras ketika mendidih dan mengira kalau beras sudah mateng menjadi nasi.

Saya melihat wajah ceria dari raut mukanya. Sambil senyum-senyum, "Coba dari dahulu bisa memasak. Pasti betah berada di dapur," katanya.

Mulanya memang canggung. Mengaduk beras saja bisa muncrat-muncat. Namun lama kelamaan terbiasa.

Setelah selesai menanak nasi, anak saya minta untuk mencuci sayur-sayuran. Saya ajari bagaimana memotong kangkung yang benar. Memotong bawang merah tipis manual dengan pisau.

Sungguh, memegang pisau untuk pertama kali memang menakutkan. Sangat canggung. Jangankan memotong dengan benar, memegang pisau saja belum pada posisi pas.

Namanya ibu, mau tidak mau harus mengajari anak dengan sabar. Perlahan-lahan akhirnya memotong kangkung pun selesai. Meracik bawang merah dan putih juga sudah bisa.

Menakar air dan minyak untuk sayur kangkung tumis pun saya ajari. Saya suruh mencicipi, seberapa garam, dan gulanya. Sambil tersenyum, "Enaknya. Ini masakan saya ya?" katanya.

Saya bersyukut, karena libur anak perempuan saya akhirnya bisa memasak juga. Melupakan soal virus corona. Bagaimana pun mengajari anak perempuan butuh ketelatenan.

Yang jelas, sebagai ibu harus bisa memasak. Jangan sampai membiasakan anak dan anggota keluarga dengan masakan siap saji yang tinggal beli.

Dari belajar memasak tadi saya merasa, bersama anak perempuan dalam waktu lama menjadikan kedekatan dan keakraban yang tak terkira. Sambil memotong bawang bisa sambil memberikan nasihat.

Anak saja juga, sambil mengerjakan yang diminta sambil curhat. Ternyata memasak bersama pun bisa dijadikan ajang pendekatan dan pembelajaran pada anak perempuan yang tak diajarkan di sekolah.

Esok atau lusa akan saya ajari lagi anak perempuan saya membuat kue. Semoga dia bisa.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun