Jika senja hadir menyapa, isyarat hari beganti baju. Demi malam yang menggantikan siang, kelopak senja luruh perlahan. Suara penyeru pun perlahan berkumandang. Sungguh merdu bisikkan kalimat syahdu ke tiap telinga insan.
Malam hadir membunuh amarah, merajam lelah, menyiram resah. Malam tempat berkeluh kesah, duduk bersimpuh, tunduk menghiba pasrah, pada Tuhan adukan semesta gelisah.
Kala malam sudah berada di tengah, segenap insan mulai terbuai pelukan mimpi. Entah itu apakah mimpi indah? Mimpi merasuk sukma, membawa segenap insan terlena. Namun adakah masih insan setia?
Setia mengubur mimpi di bibir malam, memuja asma pada selaksa do'a. Berperang melawan kantuk, singkirkan selimut membalut badan. Basuh wajah pada air penyejuk jiwa. Biarkanlah begitu, dan selalu begitu waktu malammu. Biarkan mimpimu terkubur di bibir malam. Biarlah do'amu menyertai kepergiannya untuk memecah hening malam.
(Sungai Limas, 4 Januari 2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H