Musim semi memanglah tak ada
Yang ada hanyalah panas dan hujan
Hujan tak sedingin yang dirasa
Deru hujan kini berganti gersang
Ketika surya telah menyengat jagat
Harusnya bergandeng pada rasa hangat
Namun ego telah membakar logika
Tak lagi satupun asa tersisa
Desir angin menghembuskan kecewa
Meluluh latakkan segenap rasa
Menggugurkan asa dalam lini masa
Ingin merengkuh namun tiada bisa
Ego larut dalam kecewa tak tertahan
Menghanyutkan seorang insan merasa berantakkan
Tiada ada lagi bunga bermekaran
Menyisakan segumpal sesak dalam keangkuhan
Aku dan jiwaku terpenjara sunyi
Mencoba menyusun abjad dalam bayangan
Di tiap relung coba diisi
Namun tersedak dalam keangkuhan
Denting waktu terus bergulir
Detik demi detik kian terukir
Kenangan indah menjelma derita
Merubah jingga menjadi gulita
Haruskan kusisakan sebuah prasasti
Bertuliskan huruf tiada dimengerti
Mencoba menoreh rasa yang hilang
Tersungkur sendu dalam sebuah sujud panjang
Ya Robb... Aku ingin pulang
Aku ingin peluk kasih sayang-Mu
Aku ingin cahaya terang
Dalam bingkai rahmat dan maghfirah-Mu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H