Di dalam pemahaman pendidikan seumur hidup, kita dapat melihat ketidaksempurnaan manusia. Sepanjang hayat manusia terus-menerus belajar sebagai akibat dari ketidaksempurnaan tersebut. Pembelajaran yang bersifat kontinu ini menunjukkan bahwa sampai kapan pun---bahkan hingga akhir hayat---manusia tidak akan sempurna.
Sisi lain yang dapat kita pelajari adalah bahwa manusia bukanlah the most perfect one. Manusia tidak lahir dengan segala kesempurnaan itu. Hal ini menunjukkan ketidakberdayaan seorang manusia sebagai ciptaan Yang Maha Kuasa.
Karena itu manusia perlu belajar. Jika kita manyadari hal ini maka kita pun akan terus berusah belajar sepanjang hayat. Belajar bukan untuk mengejar kesempurnaan tetapi mengubah diri menjadi lebih baik.
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa konsep belajar yang dimaksud merupakan frasa positif. Belajar sepanjang hayat artinya belajar akan hal-hal positif dan mengubah diri menjadi lebih baik, bukan sebaliknya.
Baca juga : Antara Long Life Education dan Kurikulum 2013
Memang benar bahwa tidak ada seorang pun manusia yang sempurna dan tidak dapat mencapai kesmpurnaan itu. Tetapi bukan berarti manusia tidak berarti apa-apa dan tidak pula melakukan sesuatu.
Di dalam ketidaksempurnaan seorang manusia, ada banyak hal yang dimiliki dan merupakan anugerah dari Sang Pencipta. Manusia diberikan bakat, talenta, dan banyak hal lain yang dapat digunakan di dalam hidupnya.
Sebagai individu yang tidak sempurna, manusia  juga tidak dapat hidup sendiri. Karena itu manusia butuh bantuan maupun bersosialisasi dengan orang lain. Bahkan lebih dari pada itu, manusia butuh suatu entitas yang lebih tinggi dari padanya yaitu Tuhan.
"Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning"_Albert Einstein (1879-1955)
(Belajarlah dari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk besok. Yang penting jangan sampai berhenti untuk bertanya)