Mohon tunggu...
Eko Wurianto
Eko Wurianto Mohon Tunggu... Guru - Si Tukang Ngeteh

Seneng Ngeteh dan Ngobrol Ngalor Ngidul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baju Kondangan

25 Oktober 2023   19:50 Diperbarui: 25 Oktober 2023   19:56 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Gluduk Gumlegar mengundang saya makan malam di rumahnya malam minggu ini. Pak Gluduk ini memang suka benar ngundang-ngundang orang kumpul-kumpul di rumahnya. Dia suka menggunakan istilah kondangan untuk acara kumpul-kumpulnya itu.

Tapi ini bukan kondangan yang ada acara doa-doanya itu lho ya. Melainkan hanya acara ngobrol-ngobrol ngalor ngidul ngetan bali ngulon nggak jelas. Tapi tetap dicawisi teh dan kopi yang tak ada habisnya dan juga makanan yang beraneka ragam. Nyamleng pokoke.

Pak Gluduk ini suka sekali ngobrol. Karena itu ia suka main ke mana-mana, mencari teman ngobrol. Tapi kadang-kadang istrinya ngomel kalau Pak Gluduk ini keseringan keluar rumah.

Karena itu, agar hasrat ngobrolnya ini tetap terpenuhi, Pak Gluduk secara berkala mengundang beberapa orang yang dianggap clique termasuk saya. Saya nggak tahu apakah undangannya ini juga membuat istrinya jadi ngomel-ngomel karena anggaran belanjanya bertambah atau tidak.

Nah mumpung saya ingat, saya mau cerita pengalaman saya ketika pertama kali diundang ke kondangannya Pak Gludug Gumlegar ini.

Pak Gludug ini kan termasuk orang yang sugih mblegedhu ya. Kaya raya dan memang pembawaannya sangat mriyayeni. Jadi ketika diundang ke kondangannya untuk pertama kalinya itu dan saya tahu nggak semua orang diundang, hati saya jadi begitu mongkognya dan gugup sekaligus.

Bagaimana nggak mongkog, nggak seneng lho ya. Nggak semua orang diundang lho sama orang kaya ini. Kalau saya termasuk yang diundang kan berarti saya dianggap pantas masuk ke dalam circlenya to? Bagaimana nggak bangga lho?

Ketika saya cerita perihal undangan itu kepada ibunya anak-anak, dia juga ikut-ikutan bungah lho meskipun yang diundang cuma saya. Mungkin istri saya juga merasa mongkog atine karena merasa juga satu circle dengan istri Pak Gludug yang anggun binti graceful itu.

Habis isya saya pamitan kepada istri saya. Siap berangkat kondangan ke rumah Pak Gludug. Tanpa saya duga-duga istri saya itu ngomentari pakaian yang saya pakai dengan pedasnya.

"Oalah Pak, Bapak. Jadi orang itu mbok ya yang pinter menghargai diri sendiri lho."

"Lho...lho...lho. Memangnya kenapa lho Bu?"

"Bajumu itu lho. Sudah tahu yang ngundang itu orang kajen. Orang terpandang lho, kok mau datang hanya pakai hem polos begitu lho. Mbok ya yang ngajeni yang punya rumah lho Pak!"

"Hloo... Apa kurang ngajeni lho Bu? Saya pakai hem, nggak pakai kaos oblong. Pakai celana kain, nggak sarungan. Kok masih dibilang kurang menghargai yang ngundang itu lho."

"Kan Bapak sendiri yang bilang kalau yang diundang itu limited. Iya to?"

"Iya benar. Terus?"

"Terus Pak Gluduk itu kan pergaulannya nggak cuma pergaulan ndeso lho. Tapi pergaulannya sudah sampai internasional. Kalau bikin kondangan itu ya sudah pasti yang datang berpakaian resmi to?"

"Pakaian resmi yang bagaimana?"

"Yo pasti pakai jas lho Pak. Mana ada orang kaya bikin kondangan terus yang datang hanya pakai hem polos kayak gini?"

"Oalah Bu, mbok ya yang menyesuaikan lho. Saya ini kan hanya pegawai negeri to? Gajinya lho berapa? Pakai hem kaya gini ke kondangan kan ya sudah pantas to?"

"Tapi kan yo lihat-lihat to Pak? Siapa yang ngundang? Lha terus justru kalau pegawai negeri itu harusnya bisa jadi contoh yang baik. Meskipun gajinya kecil tapi tetap bisa menghargai diri sendiri dan orang lain. Kecing-kecing diraupi gitu lho Pak."

Saya sudah nggak mau berdebat lagi. Kalau diterus-teruskan bisa-bisa saya terlambat datang ke kondangan Pak Gludug. Sudahlah nurut saja sama kemauan istri. Akhirnya saya ganti pakai jas dan meluncur ke TKP.

Sampai di rumah Pak Gludug ternyata sudah menunggu beberapa tamu. Beberapa dari mereka ada yang pakai jas seperti saya. Tapi ada juga yang hanya memakai hem seperti yang sebelumnya saya pakai.

Tuan rumahnya belum kelihatan. Kami tadi hanya dipersilakan oleh seorang asisten rumah tangga untuk duduk di ruang tamu rumah yang sangat luas itu.

Kira-kira dua puluhan menit saya ngobrol dengan tamu yang lain, tuan rumah akhirnya keluar menemui kami. Dan anda tahu pakaian seperti apa yang dipakai oleh Pak Gludug Gumlegar yang sangat sugih mblegedhu itu?

Pak Gludug hanya memakai kaos oblong hitam polos dan sarung. Dia tampak kaget ketika melihat para tamunya datang dengan pakaian yang sangat formal seperti itu. Tentu saja saya jadi salah tingkah.

"Mohon maaf...mohon maaf. Memang salah saya karena mengundang anda semua dengan istilah kondangan. Sampai-sampai anda semua berpakaian resmi seperti ini. Sebenarnya saya mengundang anda semua ini hanya untuk ngobrol-ngobrol saja lho. Sambil menghabiskan malam minggu. Malam panjang seperti malam minggu kan lebar kalau hanya dipakai turu sore-sore to?"

Oalah....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun