kondangan untuk acara kumpul-kumpulnya itu.
Pak Gluduk Gumlegar mengundang saya makan malam di rumahnya malam minggu ini. Pak Gluduk ini memang suka benar ngundang-ngundang orang kumpul-kumpul di rumahnya. Dia suka menggunakan istilahTapi ini bukan kondangan yang ada acara doa-doanya itu lho ya. Melainkan hanya acara ngobrol-ngobrol ngalor ngidul ngetan bali ngulon nggak jelas. Tapi tetap dicawisi teh dan kopi yang tak ada habisnya dan juga makanan yang beraneka ragam. Nyamleng pokoke.
Pak Gluduk ini suka sekali ngobrol. Karena itu ia suka main ke mana-mana, mencari teman ngobrol. Tapi kadang-kadang istrinya ngomel kalau Pak Gluduk ini keseringan keluar rumah.
Karena itu, agar hasrat ngobrolnya ini tetap terpenuhi, Pak Gluduk secara berkala mengundang beberapa orang yang dianggap clique termasuk saya. Saya nggak tahu apakah undangannya ini juga membuat istrinya jadi ngomel-ngomel karena anggaran belanjanya bertambah atau tidak.
Nah mumpung saya ingat, saya mau cerita pengalaman saya ketika pertama kali diundang ke kondangannya Pak Gludug Gumlegar ini.
Pak Gludug ini kan termasuk orang yang sugih mblegedhu ya. Kaya raya dan memang pembawaannya sangat mriyayeni. Jadi ketika diundang ke kondangannya untuk pertama kalinya itu dan saya tahu nggak semua orang diundang, hati saya jadi begitu mongkognya dan gugup sekaligus.
Bagaimana nggak mongkog, nggak seneng lho ya. Nggak semua orang diundang lho sama orang kaya ini. Kalau saya termasuk yang diundang kan berarti saya dianggap pantas masuk ke dalam circlenya to? Bagaimana nggak bangga lho?
Ketika saya cerita perihal undangan itu kepada ibunya anak-anak, dia juga ikut-ikutan bungah lho meskipun yang diundang cuma saya. Mungkin istri saya juga merasa mongkog atine karena merasa juga satu circle dengan istri Pak Gludug yang anggun binti graceful itu.
Habis isya saya pamitan kepada istri saya. Siap berangkat kondangan ke rumah Pak Gludug. Tanpa saya duga-duga istri saya itu ngomentari pakaian yang saya pakai dengan pedasnya.
"Oalah Pak, Bapak. Jadi orang itu mbok ya yang pinter menghargai diri sendiri lho."
"Lho...lho...lho. Memangnya kenapa lho Bu?"