Mohon tunggu...
Eko Wurianto
Eko Wurianto Mohon Tunggu... Guru - Si Tukang Ngeteh

Seneng Ngeteh dan Ngobrol Ngalor Ngidul

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mak Wus!

24 Oktober 2023   21:01 Diperbarui: 24 Oktober 2023   21:05 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Raja oleh Eko Wurianto/Dok. Pribadi

Kampung saya ketempatan sekelompok mahasiswa KKN dari kampus peng-pengan. Mahasiswa-mahasiswa sekarang jatah elok tenan kok. Saya lho sampai takjub dengan mereka itu.

Bukan hanya penampilan mereka yang mbois-mbois, nyentrik-nyentrik. Tapi mereka kok ya kelihatan cerdas-cerdas gitu lho. Kalau ngomong thas-thes, kedengaran sangat intelektuil.

Saya ikut bungah melihat ini. Masa depan Indonesia cerah. Kalau digadang-gadang sebagai Macan Asia saya rasa tidak berlebihan. Wong calon penerusnya top-top begini.

Sejak pagi mereka sudah sibuk mengerjakan ini itu sampai larut malam. Anak-anaknya juga sopan-sopan. Mereka mau srawung dengan anak-anak kampung. Ibu-ibu senang dengan mereka. Begitu juga dengan pemuda-pemuda.

Intinya mereka itu pancen hebat-hebat.

Gimana nggak hebat lho. Pada saat mengadakan penyuluhan mengenai pertanian, yang mereka sampaikan itu bikin geleng-geleng kepala dan mlenggong bin ngowoh karena semuanya ilmu-ilmu baru yang belum pernah didengar oleh warga kampung saya.

Ketika mereka mengadakan penyuluhan tentang potensi mendapatkan penghasilan tambahan dari internet, ibu-ibu jadi ubyung pingin segera mempraktikkan tips-tips yang mereka ajarkan.

Kampung saya ini sebenarnya yo nggak ketinggalan banget lho. Internet sudah mak wus, cepet banget. Kurir-kurir juga berseliweran mengantarkan paket yang dibeli secara online.

Orang-orang juga sudah biasa pakai ojek online. Wong beli es teh yang warungnya cuma berjarak lima ratusan meter saja juga lewat ojek online lho. Tapi kok heran ya saya, lihat anak-anak mahasiswa itu kok ya masih gumun, takjub.

Saya pikir, kalau sudah biasa melihat obrolan orang-orang canggih di youtube, saya jadi biasa saja dengan orang yang serupa itu. Lha ternyata, bergaul sama mahasiswa-mahasiswa itu yo tetap bikin gumun.

Dan puncak kegumunan saya adalah ketika Pak Lurah sambat kepada mereka tentang efisiensi layanan kepada warganya. Pak Lurah pingin punya aplikasi yang bisa membuat layanan kepada warga desa menjadi lebih efisien.

Pak Lurah pingin agar semua data yang dimiliki desa itu terintegrasi sehingga layanan kepada masyarakat desa itu bisa sat set wat wet, mak wus cepet banget!

Dan para mahasiswa itu ternyata sanggup membuatkan aplikasi seperti yang diingikan Pak Lurah. Hebohlah seluruh kampung saya. Anak-anak mahasiswa itu makin menjadi kembang lambe, Dimana-mana orang memuji kebaikan mereka.

Tiap hari pasti ada orang yang nongkrong di rumah Pak Kamituwa untuk melihat perkembangan pembuatan aplikasi itu. Mereka melihat dari kejauhan. Tidak berani mendekat. Takut mengganggu konsentrasi mereka.

Tapi saya sendiri dibikin geleng-geleng kepala melihat ketekunan dan kecepatan tangan mereka mengetik di laptop. Sesekali mereka berhenti untuk berdiskusi dan mencorat-coret tulisan yang saya tidak paham maksudnya di papan tulis putih.

Akhirnya setelah hampir sebulan mereka bekerja tanpa henti, aplikasi itu selesai juga. Besok paginya kabarnya mereka mau mempresentasikan aplikasi mereka itu di balai desa.

Paginya, orang sudah banyak berkumpul di balai desa. Pingin menyaksikan sejarah yang ditorehkan mahasiswa-mahasiswa itu di desa mereka.

Jam sembilan pagi mereka sudah siap. Saya ikut deg-degan ketika aplikasi itu terbuka. Orang-orang bertepuk tangan dengan gempita. Para mahasiswa itu juga nampak puas dengan hasil kerja keras mereka.

Tapi itu ternyata cuma awalnya saja. Ketika Pak Lurah meminta mereka untuk mensimulasikan aplikasi itu dengan menggunakan data dirinya, aplikasi impian itu mengeluarkan data yang salah!

Baru kali ini saya melihat wajah para mahasiswa itu abang ireng karena malu. Setelah mencoba beberapa kali belum juga berhasil, mereka menghentikan usaha mereka dan berjanji untuk memperbaiki aplikasi mereka.

Semua orang memaklumi itu. Tidak ada yang mencibir karena semua tahu bahwa para mahasiswa itu telah berusaha dengan keras.

Sorenya, rumah Pak Kamituwa kembali ramai dengan orang yang pingin melihat proses perbaikan aplikasi itu. Pak Lurah juga datang untuk menyemangati. Tapi bukannya tambah semangat, para mahasiswa itu malah tampak tambah gugup.

Dan malam itu, aplikasi belum berhasil diperbaiki.

Besok paginya, mahasiswa itu kembali mengotak-atik komputer mereka. Mereka tidak terlihat santai. Bahkan nampak begitu suntuk.

Jam sebelas pagi, tiba-tiba terdengar suara motor dengan knalpot plong-plongan memasuki halaman rumah Pak Kamituwa. Waduh ternyata si bocah mbeling, Bagas anaknya Pak Lantip, anak SMK yang sering bolos sekolah dan lebih suka nongkrong di warnet kampung saya.

Setelah mengucapkan salam, ia langsung masuk rumah dan mendekati mahasiswa yang sedang bekerja itu. Selama setengah jam ia ikut memperhatikan layar laptop. Tiba-tiba, Bagas berkata.

"Mas, coba dinaikkan sedikit mas."

Para mahasiswa yang tidak siap dengan interupsi itu melihat kepada Bagas. Tapi mereka menuruti permintaanya.

"Ke atas lagi Mas. Nah stop."

Bagas melihat layar laptop itu untuk beberapa saat. Wah kok kayak paham saja si Bagas itu, pikir saya. Tapi Bagas lalu berkata:

"Boleh saya bantu ngetik Mas?"

"Mmm...boleh-boleh." Jawab mahasiswa itu dengan enggan tapi ia berdiri dari kursinya dan membiarkan Bagas duduk di kursi itu.

Wah kurang ajar betul. Dengan belagak ahli, si Bagas itu mengetik di laptop. Sekitar lima menit kemudian, ia berkata:

"Nampaknya sudah bisa Mas. Silakan dicoba."

Para mahasiswa itu terlihat tidak percaya dengan yang diketikkan oleh anak SMK itu. Tapi ketika dicoba, ternyata aplikasi itu berjalan sempurna.

"Wah kamu kok bisa to dik? Belajar di mana?"

"Belajar sendiri dari internet mas."

"Hebat. Berapa lama?"

"Sejak kelas 7 SMP Mas."

Orang-orang yang menyaksikan itu di rumah Pak Kamituwa tidak percaya dengan yang mereka lihat. Kok anak tukang bolos sekolah itu bisa mengalahkan mahasiswa-mahasiswa teladan itu lho.

Pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan para mahasiswa itu selama hampir dua hari, bisa diselesaikan Bagas hanya dalam lima menit saja!

Para mahasiswa itu terus mengerubungi Bagas. Bertanya ini itu.

Saya thenger-thenger di teras depan rumah Pak Kamituwa. Ternyata orang yang pintar masih kalah dengan orang yang berpengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun