Saya lipat koran dan ambegan dawa, menarik napas dalam-dalam. Oalah, kok dunia tambah semrawut begini ya. Banyak peristiwa-peristiwa yang bikin sumpek. Bikin dunia sebegini luas terasa sempit.
Kata para bijak bestari, agar bisa mengecap hidup bahagia kita harus membatasi keinginan. Kata mereka keinginan adalah sumber penderitaan.
Agar selalu bahagia, seseorang harus bisa Nrima ing Pandum, menerima dengan legawa berapa pun pemberian Tuhan. Okelah, tapi....
Berita halaman pertama koran hari ini adalah tentang serangan ke rumah sakit di Gaza yang menewaskan 500 orang lebih.
Ooo....nyawa manusia semakin tidak ada harganya hari-hari ini. Tiap hari ada pembunuhan.
Saat semua orang masih saja berdebat tentang siapa yang salah, deretan korban bayi dan anak-anak  semakin panjang.
Oooo....apakah keinginan agar dunia ini bebas perang juga merupakan sumber penderitaan? Apakah agar bahagia kita harus menerima saja keadaan carut marut seperti itu?
Di halaman tujuh saya membaca bahwa kita sampai sekarang masih mengimpor berbagai pangan pokok. Kita masih mengimpor beras, kita masih mengimpor garam.
Di SD dulu saya selalu diberitahu guru saya bahwa Indonesia ini adalah negara yang gemah ripah loh jinawi. Tapi di tahun 2023 ini saya masih mendapati kabar bahwa kita masih mengimpor kedelai.
Apakah agar hidup bahagia kita terima saja kenyataan bahwa kita memang masih harus mengimpor kebutuhan pokok itu?
Di halaman sembilan saya membaca bahwa kapal-kapal asing masih terus saja mencuri ikan-ikan di perairan kita. Dulu ada Menteri yang tegas sekali dengan para pencuri itu. Tapi kemudian karir menterinya berakhir.
Apakah karena Menteri itu tidak Nrima ing Pandum? Karena agar hidup bahagia kita memang harus menerima dengan ikhlas para pencuri-pencuri itu.
Di halaman sepuluh saya membaca tentang janji-janji manis yang sudah bergulir menjelang pemilu. Seseorang di halaman sepuluh itu mengatakan bahwa pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa janji-janji indah itu tidak terealisasi ketika yang berjanji sudah menjabat.
Apakah agar hidup kita bahagia, kita harus Nrima ing Pandum? Ikhlas menjadi manusia yang terus menerus dibohongi janji-janji?
Oalah...apakah memang dhapukan kita itu adalah dhapukan orang yang ditindas? Makanya biar hidup kita bahagia, kita harus Nrima ing Pandum sebagai orang yang ditindas?
Oalah...apakah memang dhapukan kita ini adalah dhapukan orang yang bodoh? Makanya biar hidup kita bahagia, kita harus Nrima ing Pandum sebagai orang yang selalu dipinteri orang lain?
Makanya saya lipat dan letakkan koran itu di meja. Suhu yang masih saja panas semakin panas karena berita-berita itu.
Saya lipat koran untuk ngedhem pikir. Menyejukkan pikiran.
Tiba-tiba mak plenong, notifikasi whatsapp di hp tertangkap sudut mata saya. Ada pesan baru masuk. Kata orang yang kirim pesan, tahun depan harga koran langganan saya akan naik lagi.
Oalaaaaahhhh....saya langganan koran agar bisa mendapatkan berita-berita yang terkurasi dengan baik. Bukan yang sejenis berongan (Berita Bohongan) alias hoaks.
Tapi untuk bisa membaca berita yang benar kok yo mahal? Apa dhapukan saya memang dhapukan konsumen berongan? Karena itu agar bahagia, saya harus Nrima ing Pandum. Menerima dengan ikhlas kenyataan bahwa saya memang konsumen berita nggak bener.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H