Apakah karena Menteri itu tidak Nrima ing Pandum? Karena agar hidup bahagia kita memang harus menerima dengan ikhlas para pencuri-pencuri itu.
Di halaman sepuluh saya membaca tentang janji-janji manis yang sudah bergulir menjelang pemilu. Seseorang di halaman sepuluh itu mengatakan bahwa pengalaman yang lalu menunjukkan bahwa janji-janji indah itu tidak terealisasi ketika yang berjanji sudah menjabat.
Apakah agar hidup kita bahagia, kita harus Nrima ing Pandum? Ikhlas menjadi manusia yang terus menerus dibohongi janji-janji?
Oalah...apakah memang dhapukan kita itu adalah dhapukan orang yang ditindas? Makanya biar hidup kita bahagia, kita harus Nrima ing Pandum sebagai orang yang ditindas?
Oalah...apakah memang dhapukan kita ini adalah dhapukan orang yang bodoh? Makanya biar hidup kita bahagia, kita harus Nrima ing Pandum sebagai orang yang selalu dipinteri orang lain?
Makanya saya lipat dan letakkan koran itu di meja. Suhu yang masih saja panas semakin panas karena berita-berita itu.
Saya lipat koran untuk ngedhem pikir. Menyejukkan pikiran.
Tiba-tiba mak plenong, notifikasi whatsapp di hp tertangkap sudut mata saya. Ada pesan baru masuk. Kata orang yang kirim pesan, tahun depan harga koran langganan saya akan naik lagi.
Oalaaaaahhhh....saya langganan koran agar bisa mendapatkan berita-berita yang terkurasi dengan baik. Bukan yang sejenis berongan (Berita Bohongan) alias hoaks.
Tapi untuk bisa membaca berita yang benar kok yo mahal? Apa dhapukan saya memang dhapukan konsumen berongan? Karena itu agar bahagia, saya harus Nrima ing Pandum. Menerima dengan ikhlas kenyataan bahwa saya memang konsumen berita nggak bener.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H