"Ini tidak baik. Ini akan menjadikan Harry tumbuh menjadi anak yang sombong. Makanya Dumbledore dititipkan ke paman bibinya yang tidak tahu kalau dia itu istimewa."
"Makanya perlakuan paman, bibi dan sepupunya juga begitu. Malah sering membully Harry."
"Tapi perlakuan yang seperti itu malah membuat Harry jadi rendah hati. Coba kalau dia sejak kecil sudah disanjung-sanjung. Pasti dia jadi besar kepala."
"Oh begitu?"
"Iyalah."
Saya yang kelihatannya sedang nonton TV tapi menguping pembicaraan anak-anak ABG itu jadi berpikir. Ternyata pesan yang bagus seperti itu pun bisa diselipkan di film.
Saya lalu mencoba mereka-reka ulang pembicaraan mereka yang saya dengar tadi. Ada seorang penyihir jahat yang membunuh sepasang suami istri. Tapi dia tidak mampu membunuh bayi mereka.
Terus bayi ini pun jadi terkenal karena penyihir yang sakti pun tidak bisa membunuhnya. Terus seorang Profesor yang bijaksana menitipkan bayi ini ke paman dan bibinya yang tidak tahu kalau bayi ini istimewa.
Karena kalau ia tumbuh di antara penyihir yang memujanya, ia akan tumbuh menjadi orang yang sombong.
Ini pesan yang dalam banget saya rasa. Bisa jadi Harry yang masih bayi ini memang anak istimewa. Tapi kalau ia sombong, keistimewaannya tadi bisa saja terhapus oleh kesombongannya.
Harry memiliki privilege yang tidak dimiliki oleh anak-anak yang lain. Privilege ini bisa menjadi berkah, tapi juga punya potensi menjadi kutukan.