Minggu pagi, kerja bakti. Sudah sejak jam enam pagi, Pak RT woro-woro, halo-halo, pengumuman menggunakan TOA masjid kampung saya. Mengingatkan warganya untuk segera bersiap sedia cancut tali wanda membersihkan selokan biar air limbah mengalir lancar. Biar tidak jadi tempat nyamuk bertelur.
Jam setengah tujuh warga kampung sudah sibuk mengotak-atik selokan. Mengangkati daun-daunan dan plastik yang tercebur ke dalam got dan mencabuti rumput-rumput yang tumbuh di dindingnya.
Setelah satu setengah jam, pekerjaan kelar. Orang-orang terus berkumpul di pos ronda untuk mengudap gorengan dan menyeruput teh panas yang telah disediakan oleh ibu-ibu. Gayeng sekaligus nyamleng.Â
Sambil selonjoran di pinggir jalan kampung yang belum tersentuh sinar matahari karena terhalang cabang-cabang pohon angsana, kami mengobrol banyak hal.
Tiba-tiba dari tikungan yang kira-kira 50 meter jauhnya dari pos ronda muncul seorang pengamen dengan menenteng tape recorder. Sepertinya ia tidak tahu kalau di gang yang akan dia lalui sedang banyak orang duduk-duduk di pinggiran jalan.
Ia tampak malu dan ragu untuk berjalan melewati orang-orang kampung. Ketika ia memutuskan untuk berbalik arah, mengambil jalan lain, salah seorang warga kampung memanggilnya:
"Pak, mau kemana? Sini...!!!"
Pengamen itu, meskipun tampak segan memenuhi panggilan warga, dengan senyam-senyum malu mendekat ke arah kami.
"Ya, Pak?"
"Lha mbok nyanyi untuk kami. Ini bapak-bapak habis kerja bakti. Kalau dihibur dangdut kayaknya cocok."
"Ohh, siap, Pak."