Oleh: Eko WindartoÂ
Ludruk merupakan seni pertunjukan teater rakyat yang berasal dari Jawa Timur, khususnya Surabaya. Berbicara tentang asal-usul ludruk, Dalang Cabul di Surabaya kerap disebut sebagai awal mula munculnya ludruk. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa ludruk sudah dikenal oleh masyarakat Jawa Timur sejak abad ke-12 dengan nama Ludruk Bandhan. Pertunjukan Ludruk Bandhan menyuguhkan aksi pamer kekuatan dan kekebalan, juga disertai dengan tontonan wayang beber dan wayang kulit.
Seiring dengan berjalannya waktu, ludruk menjadi semakin populer dan berkembang di masyarakat. Pada masa kolonial Belanda, ludruk mengalami kemunduran karena dianggap sebagai jenis seni yang menjurus kepada pornografi dan tidak membangun moral serta etika masyarakat. Namun, perkembangan industri film dan musik yang modern menjadikan ludruk semakin diminati oleh masyarakat.
Sejak tahun 1930 hingga 1940-an, ludruk mulai mengalami perkembangan pesat dan dianggap sebagai media dakwah Islam. Ludruk juga dihadirkan dalam rangkaian perayaan Maulid Nabi atau pernikahan. Pada masa ini, ludruk dilakukan oleh kelompok-kelompok umat Islam yang kemudian dikenal sebagai "Ludruk Islami".
Pada zaman Orde Baru, ludruk dijadikan sebagai sarana hiburan rakyat dan dihadirkan dalam kegiatan-kegiatan sosial dan kebudayaan. Saat itu, Ludruk menjadi semakin populer dan meluas ke kawasan pedalaman. Perkembangan ludruk tidak hanya sekadar sebagai media hiburan, melainkan juga menyimpan pesan atau amanat yang membawa makna moralitas dan etika dalam kehidupan masyarakat.
Cabang-cabang Ludruk
Ludruk terbagi menjadi dua cabang, yaitu ludruk lokal atau tradisional dan ludruk Surabaya. Ludruk lokal biasa dipentaskan di daerah-daerah kecil di Jawa Timur. Pertunjukan ini biasanya disuguhkan pada perayaan-perayaan adat, seperti pesta pernikahan, khitanan, dan engagement.
Sementara itu, ludruk Surabaya merupakan bentuk ludruk yang paling populer dan menjadi cikal bakal pertama kali munculnya jenis ludruk di Indonesia. Ludruk Surabaya biasanya dilaksanakan oleh kelompok kesenian yang terdiri dari bapak-bapak yang berpenampilan lucu dan konyol.
Karakteristik Ludruk
Ciri khas ludruk terdapat pada dialog dan bahasa pengucapan pemainnya yang menggunakan bahasa Jawa Timur sehari-hari yang dipadukan dengan bahasa Indonesia. Hal ini membuat pertunjukan ludruk mudah dipahami oleh masyarakat luas, terlebih lagi ketika lukisan gambaran ceritanya semakin indah.
Ludruk dikemas dengan seni drama dan menghadirkan adegan-adegan yang komikal dan lucu dengan dialog yang diwarnai celoteh humor yang segar. Ludruk juga mengangkat kisah-kisah tentang keseharian masyarakat, seperti perkawinan dan percintaan.
Dalam pertunjukan ludruk, diiringi oleh gamelan yang dimainkan secara akustik atau amplifikasi. Musik gamelan yang dimainkan dalam pertunjukan ludruk terdiri dari beberapa alat musik, seperti kendang, saron, bende, gendang dan lain-lain.
Pada zaman dulu, pertunjukan ludruk dilangsungkan dengan lampu penerangan yang sederhana. Namun, pada masa sekarang, pertunjukan ludruk hadir dengan sentuhan teknologi yang lebih modern. Penambahan efek suara, sinar laser pada pencahayaan, serta penggunaan video-wall semakin memperlihatkan suasana modern dalam pertunjukan ludruk.
Kostum dan Tata Rias dalam Pertunjukan Ludruk
Kostum dan tata rias pada pertunjukan Ludruk sangat diperhatikan untuk menunjukkan karakter yang dimainkan oleh pemeran. Kostum yang digunakan oleh para pemeran biasanya mengacu kepada penampilan masyarakat kelas bawah di Jawa Timur pada masa lalu. Kostum tersebut terdiri dari kain lurik, celana pendek (blangkon) dan t-shirt bergaya retro. Kostum ini disebut juga sebagai pakaian khas Madura atau kareta Madura.
Terkait dengan tata rias, biasanya para pemeran Ludruk menggunakan riasan wajah tebal dan mencolok dengan bantuan bedak seputih kapas, pewarna merah, dan hitam. Di antara garis-garis tebal pakaian, terdapat potongan kain lain dengan warna yang berbeda-beda yang disampirkan di bahu. Pada tangan dan kaki para pemain ada yang mengenakan perban atau kain yang dililitkan hingga putih dan merah.
Kostum dan tata rias dalam pertunjukan Ludruk menjadi hal yang sangat penting untuk dapat membangun suasana cerita yang disampaikan. Kostum tentu saja harus sesuai dengan latar belakang cerita yang disampaikan, misalnya ketika menceritakan cerita tentang petani atau nelayan, maka kostum yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik dari pelaku tersebut.
Kostum tersebut juga menjadi bentuk identitas dalam pertunjukan Ludruk. Kostum menjadi bahan pembicaraan para penonton, terutama pada saat pertunjukan sedang tidak berlangsung. Para penonton dapat melihat kostum sebagai suatu bentuk kekhasan dari pertunjukan Ludruk itu sendiri.
Pada era digital, perkembangan kostum dan tata rias dalam pertunjukan Ludruk telah mengalami beberapa perubahan dan inovasi. Kostum dan tata rias yang digunakan pada pertunjukan Ludruk saat ini lebih beragam dan tidak hanya mengacu pada kostum khas Jawa Timur. Beberapa pertunjukan Ludruk saat ini mengubah kostum dan tata rias yang digunakan agar lebih modern dan sesuai dengan tren saat ini.
Namun, beberapa pertunjukan Ludruk masih menggunakan kostum dan tata rias yang khas sejak dahulu kala. Hal tersebut dikarenakan mengingat pertunjukan Ludruk juga berfungsi sebagai bentuk pelestarian budaya, maka kostum dan tata rias tersebut tetap dipertahankan agar tetap mengakar pada masyarakat.
Ketika waktu terus berjalan, Ludruk tetap mempertahankan budayanya sebagai salah satu wujud seni pertunjukan yang berakar dalam kebudayaan Jawa Timur. Meskipun, sudah ada banyak perkembangan dalam pertunjukan Ludruk, namun peran kostum dan tata rias pada pertunjukan Ludruk tetap menjadi bagian penting dalam pembentukan karakter dari setiap pemain Ludruk.
Dalam pertunjukan Ludruk, tidak hanya kostum dan tata rias, namun para pemain Ludruk juga harus menguasai gerak dan intonasi suara yang berbeda-beda untuk menampilkan karakter yang mereka mainkan dengan baik. Pada saat pertunjukan, para pemain harus dapat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan peran yang mereka jalankan.
Tidak hanya itu, dalam pertunjukan Ludruk juga ada peran tambahan yaitu seorang pelawak atau dalang. Pelawak atau dalang dalam pertunjukan Ludruk bertanggung jawab untuk menghubungkan antara dialog para pemain Ludruk dan para penonton.
Selain itu, pelawak juga bertanggung jawab untuk menghidupkan suasana dalam pertunjukan Ludruk. Pelawak harus mampu memainkan peran mereka dengan baik dan menguasai teknik pewayangan dalam menceritakan cerita yang akan dibawakan.
Dalam hal ini, kostum dan tata rias dapat membantu pelawak untuk mengembangkan karakter mereka menjadi lebih komprehensif dan terlihat menarik. Kostum dan tata rias juga dapat menjadikan sebuah pertunjukan Ludruk lebih berkesan dan mudah diingat oleh para penontonnya.
Di era digital yang semakin berkembang, peran kostum dan tata rias dalam pertunjukan Ludruk masih sangat penting untuk dijadikan ciri khas atau identitas dari pertunjukan Ludruk itu sendiri. Kostum dan tata rias menjadi salah satu faktor yang dapat menarik minat masyarakat untuk menonton pertunjukan Ludruk.
Terkait dengan pemilihan kostum dan tata rias, biasanya setiap pertunjukan Ludruk memiliki tata rias yang berbeda-beda. Pemilihan kostum dan tata rias tersebut biasanya disesuaikan dengan karakter dalam cerita yang dibawakan.
Misalnya saja ketika menceritakan tentang kehidupan para nelayan, maka kostum dan tata rias yang digunakan akan disesuaikan dengan karakteristik dari nelayan itu sendiri. Kostum yang digunakan akan diambil dari pakaian sehari-hari nelayan, seperti celana pendek atau blangkon, kemudian diberi tambahan beberapa dekorasi yang mencolok.
Kabar baiknya, saat ini sudah ada beberapa inovasi dalam penggunaan kostum dan tata rias pada pertunjukan Ludruk. Beberapa pertunjukan Ludruk bahkan telah mengadopsi beberapa elemen dari beberapa budaya atau suku lainnya dalam desain kostum dan tata riasnya.
Hal tersebut bertujuan untuk memberikan nuansa yang lebih segar dan baru dalam pertunjukan Ludruk yang mampu mengundang perhatian generasi muda. Dalam hal ini, pertunjukan Ludruk berkembang secara dinamis dan harus terbuka dalam menerima ide baru namun tetap tidak melupakan kesan tradisional pada pertunjukan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa kostum dan tata rias pada pertunjukan Ludruk sangat penting untuk menunjang penampilan para pemain dan memberikan kesan pada para penonton. Kostum dan tata rias pada pertunjukan Ludruk merupakan bagian penting dalam membangun karakter yang dimainkan oleh para pemeran dalam pertunjukan tersebut.
Meskipun era digital berkembang sangat cepat, pertunjukan Ludruk harus tetap mempertahankan kekayaan budaya lokalnya dengan terus memelihara penggunaan kostum dan tata rias tradisional. Namun demikian juga menghadirkan inovasi terbaru pada kostum dan tata rias sehingga tetap dapat menjangkau para penonton muda dan tetap menarik minat untuk menonton pertunjukan Ludruk di masa depan.
Ludruk adalah jenis kesenian teater rakyat yang berasal dari Jawa Timur, khususnya Surabaya. Ludruk memiliki beberapa cabang, yaitu ludruk lokal dan ludruk Surabaya. Pertunjukan ludruk biasanya diiringi musik gamelan dan dianggap sebagai media dakwah Islam serta mengedukasi moral dan etika masyarakat. Karakteristik ludruk terdapat pada bahasa pengucapan para pemainnya yang menggunakan bahasa Jawa Timur sehari-hari, juga diwarnai dengan dialog berbahasa Indonesia yang dipadukan dalam canda tawa yang segar dan komikal. Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman yang lebih luas tentang sejarah dan perkembangan ludruk sebagai kesenian teater rakyat yang berasal dari Jawa Timur.
Sekar Putih, 1692024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H