Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melampaui Penghancuran, Dampak Psikologis pada Wanita Korban Perang

22 Agustus 2024   13:38 Diperbarui: 22 Agustus 2024   13:43 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar kompas.com

Cara terbaik untuk membantu wanita korban perang adalah memberikan dukungan yang mencakup seluruh kehidupan mereka serta jangka waktu yang panjang. Ini bisa mencakup dukungan emosional, dukungan pendidikan dan keterampilan, dukungan kesehatan dan psikologis, dan dukungan keuangan. Dukungan ini harus disediakan oleh pemerintah, LSM atau organisasi nirlaba yang bertujuan membantu korban perang. Dukungan seperti ini dapat membantu wanita korban perang memulihkan kesehatan mental mereka serta memperkuat diri mereka. Hal ini juga akan membantu mereka menemukan rasa mandiri dalam keluarga dan komunitas mereka sehingga mereka merasa dihargai dan diakui sebagai individu saling mendukung.

Konflik bersenjata selalu menghasilkan penghancuran dan penderitaan, tetapi dampak pada wanita, khususnya wanita korban perang, bisa jauh lebih besar. Kita selalu harus mengingat untuk berfokus pada dampak yang dihasilkan pada masyarakat terlemah dan mencari cara terbaik untuk membantu mereka melewatinya dan membawa mereka keluar dari keadaan yang buruk dan menuju kesejahteraan. Perlu menjadi tanggung jawab bersama untuk memberikan dukungan khusus untuk wanita korban perang guna menghilangkan sifat pasif dan menjadi aktif dalam memulihkan kesehatan mental mereka.

Seperti bunga layu yang merindukan hujan, begitu pula kehidupan wanita yang terpuruk oleh penderitaan di tengah perang. Mereka kehilangan tak hanya nyawa orang yang mereka cintai, tetapi juga harapan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam sebuah konflik, wanita sering menjadi pihak yang lebih rentan dan rentan terhadap kekerasan seksual, pemerkosaan, dan eksploitasi. Mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka, keluarga, dan segala sesuatu yang mereka kenal dan mencintai hanya untuk bertahan hidup.

Penderitaan merusak mereka dari dalam, dalam pikiran mereka, trauma terus berkecamuk. Mereka merasakan kehilangan yang sangat dalam dan masalah-masalah yang terkait dengan depresi, kecemasan, dan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) yang dapat bertahan selama bertahun-tahun setelah konflik berakhir. Bagi para korban, dampak psikologis dari perang jauh lebih mematikan daripada lautan darah yang tertumpah.

Dalam keputusasaan, mereka sering merasa bahwa hidup ibarat puing-puing berserakan. Mereka terseok-seok dalam kegelapan perilaku negatif, termasuk bunuh diri, kecanduan, dan menjadi pengemis. Kekuatan mereka dari masa lalu menjadi menghilang, kerusakan yang mereka alami membuat mereka merasa kehilangan jati diri. Mereka patah semangat, merasa bahwa tidak ada lagi harapan di dunia ini.

Namun, di balik rasa sakit mereka yang tak terbayangkan, mereka tetap bertahan, kuat dalam kelemahan mereka. Mereka tahu pasti bahwa hanya ada sedikit yang bisa mereka lakukan untuk mengatasi dampak dari penderitaan yang mereka alami. Namun mereka tetap berjuang melalui rasa sakit, terus berjuang untuk bertahan hidup, dan untuk mendapatkan kebebasan dan perdamaian.

Seiring waktu yang berjalan, mereka bangkit dari reruntuhan dan memperkuat diri dengan pengalaman masa lalu. Penderitaan dan trauma yang dulu menghantui mereka, yang membuat kekuatan dan identitas mereka hancur, menjadi titik awal perjuangan baru. Mereka meninggalkan puing-puing itu dan membangun kekuatan dari reruntuhan. Mereka melepaskan beban perasaan yang menekan mereka dan mengambil langkah ke depan ke dalam kesempatan baru dan saat-saat bergembira di pagi yang cerah.

Dalam hal ini, peran masyarakat dan pengesahan sosial memainkan peran penting dalam pemulihan wanita korban perang. Dukungan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental dapat membantu mereka bertahan sepanjang masa dan mengembalikan hidup mereka ke jalur yang lebih baik. Pemerintah dan organisasi nirlaba juga harus memperkuat peran mereka dalam melindungi, memulihkan, dan membantu wanita korban perang menuju masa depan yang lebih cerah dan damai.

Jadi, mari kita bersama-sama menjadi pendukung yang berdedikasi dalam membantu wanita untuk mendapatkan kekuatan di tengah situasi yang sulit, memberikan mereka harapan untuk masa depan yang baik, menghadapi takdir dengan tekad dan kepercayaan diri dalam mengatasi saat-saat yang menantang.

Sekar Putih, 2182024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun