Di tengah kesulitan yang mereka alamiÂ
Ihwal mengerikan yang dilihat mereka adalah nyataÂ
Jiwanya runtuh, hatinya lusuh, membawa keluh-kesah di antara air mata
Dan fragmen perang terus menerus terbayang di depan mataÂ
Namun di balik rasa sakit yang tak berkesudahan mereka tetap bertahan, kuat dalam kelemahan Jiwanya yang luka, pada akhirnya akan sembuh dalam sorak-sorai kebebasan di pagi yang cerah
Seiring waktu yang berjalan, mereka bangkit kembaliÂ
Merubah penderitaan menjadi kekuatan yang tumbuh dari reruntuhan
Perang sering dianggap sebagai konflik negara melawan negara. Namun, dalam setiap konflik, ada pihak yang lebih rentan dan merasakan dampak yang lebih besar: perempuan. Mereka sering menjadi korban dari kekerasan seksual, pemerkosaan, eksploitasi, dan penderitaan yang tak terbayangkan. Alih-alih hanya memikirkan angka mati dan nyawa yang hilang, kita perlu memperhatikan dampak psikologis dan emosional dari perang pada orang-orang yang selamat dari konflik, terutama para wanita.
Perang tidak hanya merusak bangunan dan infrastruktur, tetapi juga merusak struktur sosial dan moral masyarakat. Wanita, yang selalu menjadi anggota terlemah dari masyarakat dalam berbagai hal, sering menjadi korban yang mudah dari kerusakan yang dihasilkan oleh perang. Mereka sering menjadi sasaran pelecehan dan kekerasan seksual, serta menjadi korban dari penganiayaan dan penindasan. Semua ini membuat mereka merasa putus asa dan hancur oleh akibat buruk dari perang.
Wanita korban perang sering mengalami trauma psikologis yang serius. Trauma dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka dan membuat mereka kesulitan dalam mengelola emosi mereka, harus merasa terjebak dalam kecemasan, dan meredam depresi yang mengganggu. Kondisi ini dapat mempengaruhi mereka dalam jangka waktu yang panjang dan mempengaruhi kehidupan mereka secara signifikan.
Dalam situasi yang mengerikan ini, rumah tangga juga bisa menjadi lingkungan ketidakamanan. Beberapa wanita pernah mengalami penyiksaan atau penganiayaan oleh pasangan mereka, tetapi terus bersama pasangan mereka karena merasa tidak punya pilihan lain. Kekuasaan yang diberikan oleh perang dapat digunakan oleh individu untuk mencapai kepuasan pribadi sehingga memperburuk situasi yang semuanya sudah buruk.