Membuatku terpana dan lupa pada semestamu
Saat bulir-bulir embun merupakan bahasa paling harum menebarkan kematianku
Batu, 2472024
Bukit Berbatu adalah teknik puisi yang terkenal dengan gaya bahasanya yang unik dan keindahan kata-katanya. Penyair dalam puisi ini menyampaikan pesan melalui gambarannya tentang bukit yang dihadapinya. Puisi ini menjadi kajian dalam hermeneutik sastra karena pesan yang tersirat di dalamnya yang dapat ditafsirkan melalui pendekatan hermeneutik.
Dalam puisi ini, bukit yang dilewati oleh penyair dikaitkan dengan bebatuan yang membuat setiap langkah menyakitkan. Kekakuan bukit tersebut menggambarkan kondisi jiwa penyair yang sedang berjuang untuk mencapai sebuah tujuan. Pada saat yang sama, karakteristik bukit yang dingin juga dapat mencerminkan kondisi mental penyair yang kesulitan untuk mengekspresikan emosinya. Bahkan bayang-bayang pohon pinus juga ikut mempengaruhi keadaannya dan memperkuat perasaan kesedihannya.
Ketika setiap daun dan ranting pohon menyebutkan beban kesepiannya dengan memadatkan rasa sedih dan kesunyian, penulis menggunakan gambar di sini untuk menunjukkan bahwa kesepiannya sudah menjadi bagian dari dirinya. Selanjutnya, angin yang bertiup ke empat penjuru membuat penyair semakin terpana dan kehilangan orientasi, meningkatkan perasaan kesepiannya.
Akhirnya, ketika bibit-bibit embun mulai muncul, perasaannya terkonsentrasi pada keindahannya, merasakan padanan sempurna dalam makna paling bening. Embunnya tak hanya memberi kesaksian atas kenikmatan, melainkan juga memberi tambahan kehidupan dan keindahan.
Melalui pendekatan hermeneutik sastra, kita dapat menyimpulkan bahwa puisi -DI Bukit Berbatu- menggambarkan keadaan jiwa manusia yang tidak stabil dan sedang mencari makna. Penyair menekankan pada gambaran alam dan lingkungan yang tersebar di sekitarnya sebagai cara untuk menggambarkan perasaan kekosongan dan kesepiannya. Di sinilah, peran hermeneutik sastra berguna dalam menafsirkan sebuah teks sastra, membawa kita menjangkau perspektif yang lebih luas dan lebih dalam, membuka pemikiran kita pada cara-cara pemahaman lebih menyeluruh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H