Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membayangkan Dunia Tanpa Konflik, Tanpa Harta Benda, Agama, dan Menjadi Simbol Budaya Populer

6 Juli 2024   17:27 Diperbarui: 6 Juli 2024   17:33 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri 

Oleh: Eko Windarto 

Sejak awal zaman, konflik selalu merupakan bagian tak terpisahkan dari eksistensi manusia. Perang, konflik politik, dan perbedaan agama selalu menjadi ancaman bagi perdamaian dan persatuan dunia. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, telah muncul sebuah gerakan populer untuk membayangkan dunia tanpa konflik, tanpa harta benda, agama, dan tanpa mempromosikan perdamaian dan persatuan.

Gerakan ini mulai merebak pada pertengahan abad ke-20, ketika individu dan kelompok-kelompok mulai menyadari betapa merugikannya konflik dalam kehidupan. Gerakan ini juga terpengaruh oleh beberapa peristiwa penting seperti Perang Dunia II, bom atom, dan terorisme global.

Pentingnya gerakan ini bukan hanya karena mempromosikan perdamaian dan persatuan, tetapi juga memberikan kesadaran bahwa manusia sejatinya adalah makhluk sosial yang dapat hidup dengan memberikan kebaikan tanpa harus bergantung pada agama atau harta benda. Ide-ide ini lebih ditekankan di dalam budaya populer seperti musik, film, dan seni.

Budaya populer merupakan cara untuk menyampaikan pesan-pesan yang kuat dan menginspirasi orang untuk melakukan perubahan. Salah satu contoh budaya populer yang mendukung gerakan ini adalah lagu "Imagine" dari John Lennon. Lagu ini mengajak pendengarnya untuk membayangkan dunia tanpa agama, tanpa perbedaan negara, dan tanpa kepemilikan pribadi. Lagu ini menjadi simbol dari gerakan untuk perdamaian dunia dan mendapatkan popularitas di seluruh dunia.

Selain lagu, film dan seni juga menjadi bagian dari gerakan ini. Contohnya, film "The Day the Earth Stood Still" yang mengajarkan bahwa manusia harus hidup dalam kedamaian antara satu sama lain dan dengan alam. Seniman seperti Picasso dan Matisse juga terkenal karena karyanya yang meyakinkan untuk perdamaian dan persatuan. Mereka menggunakan seni sebagai media untuk memperjuangkan dunia yang lebih baik.

Budaya populer menjadi cara yang efektif untuk mempromosikan gerakan ini, tetapi hanya menjadi permukaan dari perjuangan untuk perdamaian dan persatuan. Untuk benar-benar melaksanakan perubahan, harus ada langkah-langkah konkret yang diambil oleh masyarakat secara kolektif. Beberapa langkah tersebut antara lain:

Meningkatkan kesadaran akan betapa merugikannya konflik dan memperjuangkan perdamaian dan persatuan sebagai solusinya.

Memperkuat hubungan antara budaya populer dengan gerakan perdamaian dan persatuan, sehingga pesan-pesan tersebut dapat sampai ke khalayak yang lebih luas.

Meningkatkan kerjasama antar negara, etnis, dan agama.

Melakukan dialog yang terbuka dan jujur untuk dapat memahami pemikiran dari sudut pandang yang berbeda.

Melakukan tindakan nyata yang mendukung perdamaian dan persatuan, seperti program-program sosial dan donasi untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Membayangkan dunia tanpa konflik, tanpa harta benda, agama, dan tanpa mempromosikan perdamaian dan persatuan memang sudah menjadi simbol budaya populer. Namun, dalam dunia nyata, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai perdamaian dan persatuan sejati. Namun, dengan upaya bersama, sebuah dunia yang damai dan adil serta berkeadilan akan menjadi suatu hal yang mungkin dicapai.

Batu, 672024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun