Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bahasa Alam

26 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dokpri 


Oleh: Eko Windarto

Dengan tegas Al Qur'an mengatakan seluruh penghuni langit dan bumi keseluruhannya bisa bertasbih dan bicara. " Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satupun melainkan bertasbih dan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." ( Qs Al-isra (17):44)

Mereka semua bisa berbicara dan berkomunikasi dengan semua manusia sebagai ditegaskan dalam ayat innahu lahaqqu mitsla ma antum tanthiqum. Bahkan, partikel dan organisme terkecil pun bisa berbicara.

Demikian juga penyair, bisa menyatu dan bicara pada alam sekelilingnya lewat puisinya yang menyatu dalam diri alam itu akan menghasilkan bahasa alam yang terasa liris, yang mengingatkan kita pada puisi ekologi, yang sementara ini sering diabaikan sebagian penyair kita. Padahal melalui PUISI Ekologi bisa membawa kita dalam kesadaran menjaga dan melestarikan alam yang sekarang mengalami kerusakan sangat parah.

Dengan demikian, seorang PENYAIR tidak dapat begitu saja melepaskan diri dari kondisi kehidupan alam sekitarnya, termasuk juga keadaan alam tempat PENYAIR itu berada. Benda-benda dan suasana di sekelilingnya sering kali dipergunakan PENYAIR untuk mengekpresikan perasaan atau pun pikiran-pikirannya.

Perhatikan puisi di bawah ini:

SUMBER AIR

Di bawah pohon beringin itu
Sumber air mengukir hati ibu
Ribuan jarak mengarak benih petani mengurai lagu

Dari simfoni belik tanjung
air susu ibu mentartilkan bunga tanjung
Bersedekap batu berlumut gelombang

Pada terik matahari kalbu
Bening bersandar dalam khusyuk ruhku
Mendaras setetes derai mata air ibu

Belik Tanjung Klebengan Batu. 1332018

SAAT DI PEMATANG SAWAH

Burung-burung berkicau membuka pagi
Cahaya embun menari di atas daun-daun berseri
Mendekap mimpiku di antara batang padi

Huma-huma di hatiku berirama Memancarkan rupa dan warna
Gemericik air bicara padaku
Ketika cahaya membantuku menemui jejak ruang kehidupanmu

Pagi masih menyala  bersama mimpi anak-anak gembala
Seorang petani melepas angannya
Saat sajak-sajakku membayangkan gigil kita
Mengelana melepas zikir ke udara


Ilalang mendengung suling angin memburu bisuku
Di sela tembang sumbang rumput-rumput hijau tua itu

Pada getar pagi hari
Dalam kedalaman sunyi menuju pematang bersemi
Keberadaan oksigen dan nitrogen adalah makna estetismu yang suci

Batu, 1622018

Input sumber gambar dokpri 
Input sumber gambar dokpri 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun