Oleh: Eko Windarto
Cukup miris melihat data Badan Pusat Statistik merilis 9.9 juta penduduk Indonesia berusia 14 hingga 24 tahun yang biasa disebut Generasi Z justru banyak yang masih menganggur bahkan tidak bersekolah ke jenjang pendidikan lanjutan lantaran UKT yang mahal. Mau cari uang dengan bekerja malah ujung-ujungnya tidak dapat kerja karena tidak memiliki gelar sarjana sebagai kualifikasi dasar.
Ini bagaikan lingkaran setan. faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, termasuk beberapa faktor ekonomi dan pendidikan. Berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan Generasi Z menganggur atau tidak melanjutkan pendidikannya.
Tekanan Ekonomi dan Kesenjangan Sosial
Saat ini, keadaan ekonomi di Indonesia sedang kurang stabil. Beberapa faktor, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok, kenaikan nilai tukar mata uang, dan tingginya inflasi berkontribusi terhadap sulitnya generasi muda mencari pekerjaan. Kesenjangan sosial antara kaya dan miskin juga memperburuk situasi, karena generasi muda yang kurang beruntung kesulitan membiayai pendidikan tinggi, yang membuka banyak peluang kerja.
Pendidikan yang Tidak Sesuai dengan Kebutuhan Tenaga Kerja
Banyak mahasiswa yang tidak memperoleh pelatihan dan kualifikasi yang cukup di universitas mereka. Sebagai contoh, beberapa program studi kurang terkait dengan lapangan kerja yang tersedia, dan kurikulumnya tidak selaras dengan kebutuhan pasar kerja. Ini membuat generasi muda kesulitan ketika berusaha melamar pekerjaan, meskipun mereka sudah lulus dari universitas.
Keterbatasan Pengalaman Kerja
Banyak pekerjaan memerlukan sejumlah pengalaman kerja sebelum dapat diambil sebagai pekerjaan tetap. Meskipun generasi muda sering mencari cara untuk memperoleh pengalaman kerja, seperti magang atau kerja paruh waktu di samping kuliah, pandemi Covid-19 telah membuat kesulitan yang lebih besar untuk memperoleh pengalaman kerja yang memadai, yang selanjutnya mempengaruhi peluang kerja di masa depan.
Pengetahuan yang Kurang Terkait Pekerjaan
Dalam banyak kasus, generasi muda mungkin tidak sepenuhnya memahami pekerjaan seperti apa yang mereka cari, dan apa yang dipersyaratkan oleh pelamar. Misalnya, dalam kondisi saat ini, banyak pelamar terlalu menuntut dalam hal gaji, sekalipun mereka tidak memiliki kualifikasi yang memenuhi syarat, dan ini membuat kesulitan bagi mereka untuk diterima oleh pemberi kerja.Â
Selain itu, pandemi Covid-19 telah membuat perubahan fundamental mengenai pola kerja, banyak perusahaan meminati karyawan yang dapat melakukan multitasking dan terampil dalam penggunaan teknologi, hal ini mempengaruhi kualifikasi dan minat pekerjaan generasi muda.
Peran Teknologi
Tidak dapat disangkal bahwa fenomena digital sangat mempengaruhi pasar kerja. Kebutuhan untuk tenaga kerja yang terkait dengan teknologi meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi. Masalahnya, banyak generasi muda tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi yang cukup cepat, dan karenanya terkatung-katung di bidang pekerjaan tertentu.
Kurangnya Akses Pendidikan Lanjutan
Satu hal yang mungkin menyebabkan banyak Generasi Z tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah harga UKT atau biaya kuliah yang mahal. Biaya kuliah yang mahal merepotkan bagi keluarga miskin atau bahkan menengah kebawah. Oleh karena itu banyak anak muda yang akhirnya memilih berhenti kuliah atau tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.Â
Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif, pendidikan tinggi sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas diri dan kualifikasi pekerjaan. Oleh karena itu, biaya pendidikan yang terjangkau harus menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan masyarakat.
Tidak Tersedianya Pekerjaan yang Sesuai
Faktor lain yang mempengaruhi banyaknya Generasi Z yang menganggur adalah kurangnya pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi atau minat mereka. Sebagian besar lowongan pekerjaan, terutama di kota-kota besar, membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi, sertifikasi, atau pengalaman kerja yang luas. Oleh karena itu banyak Generasi Z yang merasa kesulitan dalam mencari pekerjaan yang cocok.
Persaingan Kerja yang Cukup Tinggi
Persaingan kerja yang cukup tinggi menjadi faktor lain yang memengaruhi banyaknya Generasi Z yang menganggur. Banyak anggota generasi Z yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh majikan di era digital, seperti kemampuan analisis data dan keahlian di bidang teknologi. Hal ini membuat mereka lebih sulit bersaing dalam mendapatkan pekerjaan.
Minimnya Peluang Magang/Kerja Sampingan
Peluang magang dan kerja sampingan adalah cara yang baik untuk membantu Generasi Z memperoleh pengalaman kerja dan meningkatkan keterampilan mereka. Namun tidak banyak peluang magang dan kerja sampingan yang tersedia bagi anak-anak muda karena persaingan atau minimnya penawaran tersebut.Â
Hal ini membuat Generasi Z tidak mampu mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja dan berakhir dengan ketidakberdayaan dalam mencari pekerjaan.
Kesimpulannya, banyak faktor yang menyebabkan generasi muda, terutama Generasi Z, mengalami pengangguran atau kesulitan dalam melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.Â
Memperjuangkan hak untuk akses pendidikan yang lebih murah dan terjangkau, meningkatkan keterampilan dan pengalaman melalui magang atau kerja sampingan, serta menumbuhkan mindset yang menghargai dunia kerja yang sesuai dengan keahlian dan minat masing-masing adalah beberapa cara untuk membantu Generasi Z mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kualitas hidup.
Batu Wisata, 962024