Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa dan Bagaimana Feodalisme dalam Pandangan Filsafat?

28 Mei 2024   04:13 Diperbarui: 28 Mei 2024   04:24 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Oleh: Eko Windarto 

Pengertian feodalisme telah menjadi topik yang sering dibicarakan dan diperdebatkan. Dalam sejarah, feodalisme adalah sebuah sistem sosial yang berkembang di Eropa pada Abad Pertengahan, di mana pengaturan kehidupan sosial dan ekonomi dilakukan oleh seorang bangsawan atau tuan tanah yang memiliki tanah, dan di bawahnya ada rakyat jelata yang harus membayar pajak dan tunduk kepada para tuan tanahnya. Namun, apa pandangan filsafat mengenai feodalisme? Bagaimana para filsuf melihat kesenjangan struktur sosial yang ada dalam feodalisme?

Salah satu pandangan filsafat tentang feodalisme berasal dari tokoh filsafat abad ke-18, Jean-Jacques Rousseau. Rousseau mengkritik sistem feodalisme dengan menyatakan bahwa sistem ini menimbulkan kesenjangan sosial yang besar antara kelas atas dan kelas bawah. Ia menyebut sistem feodalisme sebagai ''sistem tidak adil'' karena hanya segelintir orang yang bisa menikmati keuntungan dari sistem ini.

Menurut Rousseau, feodalisme bertentangan dengan kesetaraan dan kebebasan asli manusia. Sebagai seorang filsuf, ia berpendapat bahwa semua orang manusia lahir dengan hak dan kebebasan yang sama. Namun, sistem feodalisme justru menempatkan kelas atas sebagai penguasa dan kelas bawah sebagai subjek yang harus taat kepada mereka. Ini bertentangan dengan prinsip-prinsip kesetaraan dan kebebasan yang seharusnya ditegakkan dalam sistem sosial.

Walaupun demikian, pandangan Rousseau tidak sepenuhnya benar. Sistem feodalisme memiliki banyak kekurangan, seperti disebutkan oleh Rousseau. Namun, sistem ini juga memiliki keunggulan dalam hal mempertahankan kerajaan dan stabilitas ekonomi dalam masyarakat. Sistem feodalisme juga bisa menjadi model untuk membangun organisasi sosial yang bertumpu pada kekuasaan pusat ketika negara belum terbentuk atau belum memiliki kekuatan untuk mengatur kehidupan sosial.

Dalam pandangan lain, Karl Marx, seorang filsuf abad ke-19, menganggap feodalisme sebagai tahap masyarakat yang melelahkan sebelum penjajahan kapitalis. Marx berpendapat bahwa sistem feodalisme mengalami bencana ekonomi karena upah yang diterima pekerja sangat sedikit, dan sebagian besar pendapatan dihasilkan oleh tuan tanah atas dasar kepemilikan tanah. Hal ini dikarenakan produksi dijalankan oleh rakyat jelata, sedangkan tanah dan peralatan dikuasai oleh tuan tanah. Oleh sebab itu, Marx meminta rakyat jelata untuk berjuang dan memperjuangkan hak-hak mereka.

Dengan perhatian penuh terhadap kondisi pekerja, Marx membuat analisis mengenai munculnya kelas pekerja sebagai konsekuesi dan perpanjangan sistem feodalisme pada kapitalisme. Ia menekankan bahwa kelas pekerja harus bersatu dan memberontak melawan kaum borjuis atau pemilik modal. Jadi, Marx berpendapat bahwa feodalisme bukan hanya sisi buruk ekonomi melainkan soal perjuangan kelas.

Dalam pandangan filsafat, feodalisme dianggap menyimpang dari kebebasan dan kesetaraan yang dijanjikan oleh masyarakat modern. Akan tetapi, feodalisme tetap memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan sosial dan politik masyarakat. Dalam artikel ini, saya akan membahas lebih lanjut pandangan lainnya tentang feodalisme dalam perspektif filsafat dan karangan para tokoh filsuf tentang sistem sosial tersebut.

Tak heran jika Karl Marx mempunyai pandangan yang kritis terhadap sistem feodalisme. Menurutnya, feodalisme merupakan tahap pertama dalam perkembangan masyarakat manusia, sebelum munculnya sistem kapitalisme dan proletarisme. Marx menggambarkan feodalisme sebagai suatu sistem yang timbul dari krisis pada masyarakat sebelumnya, yaitu sistem budak atau sistem kerajaan. Kemudian, masyarakat tersebut mencari suatu sistem alternatif dan menemukan sistem feodalisme.

Dalam pandangan Marx, sistem feodalisme memiliki beberapa persamaan dengan sistem budakisme, terutama dalam hal struktur sosial yang terbagi atas kelas yang sangat terpisah dan mencolok. Dalam sistem feodalisme, kelas atas yang berkuasa adalah kaum bangsawan atau para tuan tanah, sedangkan kelas bawah adalah rakyat biasa yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki hak dan kebebasan.

Menurut Marx, struktur sosial dalam feodalisme juga didasarkan pada kepemilikan tanah, di mana tuan tanah mempunyai hak atas tanah dan rakyat biasa hanya dapat menggunakan tanah tersebut dengan membayar pajak atau upeti. Biasanya, rakyat jelata yang harus bekerja di ladang milik tuan tanah dan dalam penggarapan lahan yang juga menjadi milik tuan tanah. Sementara para penguasa dan tuan tanah memperoleh pendapatan yang besar tanpa harus berbuat sesuatu apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun