Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keris dalam Paradigma Mitologi Jawa

10 Mei 2024   21:38 Diperbarui: 10 Mei 2024   21:50 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh: Eko Windarto

Penggunaan keris dalam budaya serta tradisi di Indonesia sudah terkenal selama beberapa dekade. Budaya keris sendiri memegang peranan penting dalam sejarah dan juga budaya di Indonesia. Dalam mitologi Jawa, keris memiliki makna filosofis yang dalam. Sebagai senjata, keris juga menjadi simbol kekuasaan, keberanian, dan kemuliaan bagi pemiliknya. Namun, bagaimana paradigma mitologi Jawa terhadap keris dan bagaimana caranya agar tradisi ini tetap hidup di era kontemporer? Dalam artikel ini, kita akan membahas keris dari paradigma mitologi Jawa dan tinjauan kritis kontemporer.

Saat ini, beberapa seniman dan pengrajin keris masih mempertahankan cara membuat keris secara tradisional dengan menggunakan bahan alami seperti besi, intan, kayu, dan kulit. Proses pembuatan keris membutuhkan keahlian dan kecermatan dalam memilih bahan serta mengolahnya menjadi sebuah keris yang indah dan bernilai seni tinggi. Namun, di sisi lain, penggunaan keris juga terkadang dapat menimbulkan kontroversi, seperti pada upacara adat, pertunjukan tarian, dan lain sebagainya.

Dalam pandangan mitologi Jawa, keris dipercaya memiliki kekuatan mistis dan memiliki koneksi dengan alam gaib. Keris diramalkan dapat melindungi pemiliknya dari bahaya serta memberikan keberuntungan dan kejayaan pada pemiliknya. Selain itu, keris juga diyakini dapat menjadi media untuk berkomunikasi dengan roh gaib serta suci.

Budaya keris menjadi salah satu warisan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Perkembangan zaman membawa kita pada dunia modern yang disertai dengan dampak globalisasi dan hilangnya identitas budaya. Hal tersebut menyebabkan keris sendiri sering kali hanya dipandang sebagai benda seni dan koleksi belaka. Namun, perlu juga untuk melihat sudut pandang kritis yang kontemporer dalam penggunaannya, terutama mengingat beberapa praktik yang terjadi pada beberapa daerah.

Keris dapat dipandang dari segi estetika serta nilai seni. Penggunaannya pun dapat menjadi media dalam melakukan aktivitas kreatif seperti pada seni tari dan seni teater. Namun, pemakaian keris di dalam budaya Indonesia juga harus dilihat dengan pandangan kritis kontemporer sehingga penggunaan keris lebih diarahkan pada etika dan budaya yang sesuai, sehingga potensi kontroversinya dapat dihindari.

Dalam perkembangannya, ada juga mahasiswa atau akademisi yang melakukan penelitian terkait keris dengan metode interdisiplin yang menggabungkan ilmu antropologi, sejarah, dan arkeologi serta tinjauan dari para ahli kebudayaan dan filosof. Hasilnya, menunjukkan bahwa keris merupakan salah satu dari warisan budaya yang berharga dan perlu dijaga serta dikenal oleh generasi selanjutnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keris dari paradigma mitologi Jawa memiliki nilai dan makna filosofis yang mendalam. Namun, dalam penggunaannya diperlukan pandangan kritis agar tanggung jawab etika dan budaya tetap terjaga, dan tidak menimbulkan konflik. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah dalam melestarikan serta mengembangkan budaya keris secara bijak dan seimbang dengan perubahan zaman.

Langkah untuk Melestarikan Budaya Keris

Pengenalan budaya keris sejak dini. Pendidikan dan pengenalan budaya keris sebaiknya dimulai dari awal usia anak-anak, sehingga mereka dapat memahami kekayaan budaya Indonesia dan meningkatkan rasa cinta tanah air dan competitiveness terhadapnya.

Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan budaya keris, sekaligus menumbuhkan ketertarikan terhadap seni dan budaya nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun