Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Budaya Sungkeman Dilihat dari Perspektif Kontemporer

12 April 2024   12:47 Diperbarui: 12 April 2024   12:54 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perspektif kontemporer, budaya sungkeman masih tetap relevan dan berperan sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan, terutama sebagai bagian dari adat dan upacara resmi.

Namun, di era modern ini, kegiatan sungkeman bisa dilakukan dalam lingkungan keluarga atau di antara teman sebaya sebagai bentuk penghormatan dan rasa persahabatan. Sungkeman juga dapat menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial yang lebih baik di antara warga masyarakat.

Dalam tataran bisnis, budaya sungkeman tetap relevan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas prestasi seseorang. Namun, cara penyampaiannya bisa berbeda dengan tradisi pada masa lalu, misalnya dengan cara mengirim kartu ucapan atau mengirim pesan singkat (SMS) kepada penerima penghargaan.

Fungsi dan Peran Budaya Sungkeman dalam Kehidupan Sosial

Budaya sungkeman tidak hanya berperan sebagai bentuk penghormatan dan kebersamaan di lingkungan sosial, tetapi juga memiliki fungsi yang lebih luas. Sungkeman bisa menjadi sarana untuk menjaga nilai kebersamaan dan kekeluargaan, serta mencegah konflik antar sesama.

Sungkeman juga memainkan peran penting untuk mempererat hubungan antara atasan dan bawahan dalam lingkungan pekerjaan. Dalam konteks pemerintahan, sungkeman menjadi bentuk penghargaan dan penghormatan atas kepemimpinan petinggi negara.

Namun, budaya sungkeman juga memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam konteks modern. Misalnya, beberapa orang mungkin merasa sulit untuk melakukan sungkeman jika dihadapkan dengan orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi, atau mungkin merasa tidak nyaman dengan tradisi ini.

Sungkeman juga bisa menimbulkan diskriminasi antar sesama, di mana orang yang lebih tua atau memiliki kedudukan lebih tinggi dianggap lebih penting daripada orang yang lain. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dan keterbukaan dalam memahami budaya sungkeman agar tetap relevan dan harmonis dengan konteks kehidupan masyarakat modern.

Kesimpulan

Budaya sungkeman memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia, meskipun dalam konteks modern tradisi ini mengalami perubahan dan pergeseran makna. Sungkeman masih relevan dan penting untuk dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia yang kaya dan beragam. Bagaimanapun, budaya sungkeman juga harus dipahami dan dikembangkan agar sesuai dengan tuntutan zaman dan konteks kehidupan masyarakat modern.

Batu, 1242024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun