Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Politik

Otokritik Masyarakat dan Akademisi Demi Menjaga Demokrasi Indonesia

15 Februari 2024   17:09 Diperbarui: 15 Februari 2024   17:15 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Oleh: Eko Windarto

Indonesia akan segera melangsungkan Pemilihan Presiden pada tahun ini, sebuah momentum yang dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Namun, pertanyaannya adalah, apakah kita sudah siap menyukseskan Pemilihan Presiden ini dengan cara yang demokratis?

Saat ini, kita perlu melakukan otokritik sebagai masyarakat Indonesia. Kita perlu melihat kembali apa yang telah kita lakukan dalam menumbuhkan budaya demokrasi di Indonesia. Kita perlu mengoreksi diri kita sendiri dalam hal menjaga demokrasi di Indonesia.

Pertama-tama, sebagai masyarakat, kita perlu mengakui bahwa kita terkadang suka mudah terpancing oleh isu-isu provokatif yang disebarkan oleh beberapa pihak. Kita perlu berhati-hati untuk tidak terjebak dalam isu-isu yang menyesatkan itu. Kita perlu selalu mengecek dan memverifikasi informasi yang kita terima sebelum memutuskan untuk menerima dan menyebarkannya.

Kedua, sebagai masyarakat, kita perlu menjaga netralitas kita dalam Pemilihan Presiden. Kita harus menghargai pilihan politik orang lain dan tidak memaksa orang untuk memilih calon tertentu. Kita harus menahan diri dari tindakan yang merugikan kebebasan orang lain yang berbeda pilihan politiknya.

Ketiga, sebagai masyarakat, kita perlu mengedukasi diri kita sendiri tentang pemilihan presiden dan bagaimana cara memilih dengan benar. Kita perlu memahami bahwa pemilihan presiden merupakan langkah penting untuk membangun negara yang demokratis dan sejahtera. Kita juga perlu memahami bahwa usaha-usaha untuk menghalangi dan merusak proses demokratis, seperti pembelian suara dan intimidasi, harus ditindak tegas.

Sebagai masyarakat, kita perlu memperkuat partisipasi kita dalam Pemilihan Presiden tersebut. Kita perlu aktif terlibat dalam kegiatan yang mendukung Pemilihan Presiden, seperti debat dan kampanye yang berkualitas. Kita juga perlu memobilisasi orang-orang di sekitar kita untuk melakukan hal yang sama.

Dalam menyukseskan Pemilihan Presiden di tahun ini, otokritik masyarakat memegang peranan penting. Kita perlu memperbaiki pola pikir dan tindakan kita sebagai masyarakat sehingga Pemilihan Presiden dapat berlangsung dengan kondusif dan damai. Hal ini akan membangun negara yang lebih baik dan demokratis di masa depan.

Otokritik masyarakat dan akademisi terhadap ketidaknetralan presiden adalah penting untuk menjaga marwah demokrasi Indonesia. Idealnya, sebagai seorang kepala negara, presiden harus netral dan tidak memihak kepada pihak tertentu, termasuk dalam konteks kekuasaan dan pemilihan umum.

Ketidaknetralan presiden dalam Pemilihan Presiden dapat mengganggu keseimbangan dan netralitas proses. Ketidaknetralan ini tidak seharusnya terjadi, karena bisa menciptakan perbedaan sikap, pandangan, dan tindakan di antara masyarakat terkait dengan apa yang dipegang oleh presiden. Sebagai akibatnya, bisa mempengaruhi pelaksanaan pemilihan presiden dan membebani proses kesatuan yang harus dimiliki.

Otokritik oleh akademisi untuk membahas ketidaknetralan presiden adalah penting karena:

Menyadarkan masyarakat akan pentingnya ketidakberpihakan dalam proses demokrasi.

Menjadi cara untuk menumbuhkan kepemimpinan yang lebih baik, yang memastikan netralitas dan ketidakberpihakan dalam setiap tupoksi mereka.

Mendorong tindakan presiden untuk bersifat transparan, terbuka, dan menjunjung tinggi moralitas. Otokritik menciptakan budaya yang positif, di mana seluruh pihak dapat membangun masyarakat yang rasional dan berkualitas, yang memungkinkan negara untuk menjadi kuat dan stabil.

Otokritik akademisi mengenai ketidaknetralan presiden bukanlah sebuah tindakan melawan satu individu atau kelompok tertentu, tetapi lebih pada melindungi dan memperkuat sistem demokrasi Indonesia secara keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa demokrasi dapat diperkuat dengan mempertimbangkan kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan individu.

Masyarakat perlu memahami dan mendukung para akademisi sampai turun gunung melihat ketidaknetralan Presiden dalam pemilihan Presiden kali ini. Perlu diingat bahwa akademisi memegang peranan penting dalam memperkuat sistem demokrasi Indonesia. Dengan pemahaman dan keahlian akademis yang mereka miliki, mereka dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan demokrasi di Indonesia. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan akademisi untuk memperkuat sistem demokrasi Indonesia:

Menghasilkan penelitian dan kajian yang berkualitas. Akademisi perlu melakukan penelitian dan analisis yang berkualitas mengenai berbagai isu terkait dengan demokrasi, mulai dari partisipasi masyarakat, pemerintahan yang responsif dan akuntabel, hingga proses pemilihan umum dan reformasi hukum. Temuan dan rekomendasi dari hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang lebih baik di masa depan.

Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi. Akademisi bisa membantu membangun kesadaran warga tentang hak-hak mereka dan pentingnya partisipasi dalam proses demokrasi. Akademisi juga dapat memberikan pendidikan politik pada masyarakat, baik melalui seminar dan konferensi, maupun media sosial atau digital.

Mendukung pengembangan prinsip-prinsip demokrasi yang berkualitas di Indonesia. Akademisi berkontribusi melalui pemikiran, gagasan, dan pengalaman mereka dalam membangun prinsip-prinsip demokrasi yang berkualitas di Indonesia. Hal ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti membimbing mahasiswa, menulis artikel atau buku, dan berpartisipasi dalam kelompok diskusi atau publik yang mempertanyakan masalah dalam pemerintahan atau masyarakat.

Mengkritisi kebijakan yang tidak sesuai dengan prinsip demokrasi. Akademisi bisa bertindak sebagai pengawas dan kritis terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional, apabila kebijakan itu tidak mendukung atau bertentangan dengan prinsip demokrasi.

Memperkuat kebijakan publik yang transparan dan akuntabel. Sebagai orang-orang yang mempunyai keahlian dalam domain ini, akademisi perlu memperkuat tata kelola pemerintahan yang lebih baik, menjaga integritas kebijakan publik, menumbuhkan keterbukaan informasi publik, serta menjamin akuntabilitas dalam lembaga pemerintah dan kebijakan publik.

Dalam memperkuat sistem demokrasi Indonesia, akademisi memegang peranan yang sangat penting. Tidak hanya melalui publikasi ilmiah atau kegiatan akademis lainnya, namun juga melalui peranannya sebagai agent of change dan pemikir dalam masyarakat. Dengan semangat dan kerja keras, akademisi dapat memberikan kontribusi berarti bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.

Sekarputih, 4. 02. 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun