Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kritik terhadap Pemikiran Derrida

6 Februari 2024   10:53 Diperbarui: 6 Februari 2024   11:08 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Namun, terdapat juga kritik terhadap konsep dekonstruksi Derrida. Kritik tersebut antara lain bahwa dekonstruksi terlalu abstrak dan sulit diaplikasikan dalam konteks kehidupan sehari-hari, atau bahwa dekonstruksi hanya memperumit konsep makna dan tidak memberikan hasil yang nyata.

Meskipun begitu, konsep dekonstruksi Derrida masih relevan di era kontemporer karena mengajarkan cara untuk membaca dan menafsirkan teks yang lebih kritis dan reflektif. Dekonstruksi memungkinkan pembaca untuk membaca teks secara kontekstual dan membangun pemahaman yang berbeda dengan makna-makna konvensional yang ada. Oleh karena itu, konsep dekonstruksi masih banyak digunakan dalam penelitian dalam bidang sastra dan cultural studies.

Dalam kesimpulan, saya percaya bahwa konsep dekonstruksi Derrida masih relevan di era kontemporer. Meskipun ada kritik terhadap konsep tersebut, dekonstruksi tetap penting sebagai metode kritis dalam membaca dan menafsirkan teks, serta untuk mempertanyakan otoritas bahasa dan pemikiran. Konsep dekonstruksi juga memiliki implikasi yang luas di berbagai bidang, termasuk politik, sosial dan teknologi. Oleh karena itu, pemahaman tentang dekonstruksi Derrida dan konsep-konsep yang terkait dapat membantu dalam pengembangan kegiatan ilmiah, sastra, dan filsafat di masa yang akan datang.

Konsep dekonstruksi Derrida, yang pertama kali muncul di dunia filsafat, menawarkan alat kritis untuk membuka penafsiran alternatif terhadap teks dan makna yang ada di dalamnya. Namun, dekonstruksi juga dapat digunakan untuk membantu kita memahami isu-isu sosial dan politik yang kompleks dalam masyarakat kontemporer. Di bawah ini adalah beberapa cara dimana dekonstruksi dapat membantu kita dalam memahami isu-isu sosial dan politik yang kompleks:

Tantangan terhadap otoritas makna: Dekonstruksi menunjukkan bahwa bahasa dan makna yang ada di dalamnya selalu ditentukan oleh konteks sosial dan sejarah. Oleh karena itu, dekonstruksi dapat membantu kita menantang otoritas makna yang sudah mapan terhadap kata-kata atau frasa yang terdapat dalam isu sosial dan politik yang kompleks. Melalui dekonstruksi, kita dapat mengungkapkan makna yang tersembunyi dan melihat bagaimana tarik ulur kekuasaan dan bahasa terjadi ketika kita membicarakan topik seperti diskriminasi, rasisme, seksisme, dan isu sosial lainnya.

Menilai identitas politik: Dekonstruksi menganalisis posisi kekuasaan yang beroperasi dalam sebuah teks atau bahasa. Dalam isu sosial dan politik, dekonstruksi dapat membantu kita memahami berbagai identitas politik, seperti gender, agama, ras, dan kelas sosial. Dalam konteks identitas ini, dekonstruksi dapat membantu kita mengeksplorasi bagaimana makna terbentuk dan diberdayakan atau diabaikan atau digunakan dalam konteks sosial dan politik, yang mempengaruhi bagaimana masyarakat memahami dan menerima atau menolak identitas politik tertentu.

Analisis diskursif: Dekonstruksi berguna dalam menganalisa diskursif atau penggunaan bahasa yang digunakan dalam isu sosial dan politik. Melalui dekonstruksi, kita dapat memperlihatkan bahwa bahasa digunakan sebagai alat kekuasaan dan pembenar diri suatu pandangan. Dalam konteks politik, dekonstruksi dapat membantu kita untuk mengenali bagaimana koneksi atau hubungan suatu pernyataan atau tindakan dengan diskursus atau kajian yang terlatih dan terarah pada pemahaman kebenaran publik (public truth). Dekonstruksi dapat membantu kita untuk mengidentifikasi posisi kekuasaan dari suatu diskursus dan mengimplementasikan perubahan dalam diskursus tersebut.

Mengakui kompleksitas: Isu sosial dan politik biasanya melibatkan kompleksitas dan ambiguitas yang sulit dipahami. Dekonstruksi dapat membantu kita untuk mengakui kompleksitas dan ambiguitas ini dan memperlihatkan bagaimana konseptualisasi pada tindakan atau pernyataan kita mengandung kesalahan atau ketidaksempurnaan. Dengan demikian, dalam isu sosial dan politik, kita dapat melihat bagaimana berbagai posisi sosial dan politik saling berinteraksi dan bagaimana makna tersebar dalam hubungan sosial dan kekuasaan yang kompleks.

Dekonstruksi Derrida menawarkan alat kritis yang kaya dan bermanfaat dalam memahami isu-isu sosial dan politik yang kompleks dalam masyarakat kontemporer. Dengan menggali dalam-dalam, kita dapat memahami bagaimana isu-isu sosial dan politik merupakan alur kajian yang kompleks dan multidimensi, yang melibatkan bahasa, identitas politik, diskursus, kompleksitas, dan ambiguitas. Oleh karena itu, kegunaan dekonstruksi Derrida cukup penting dan menawarkan sumbangan yang positif ke dalam diskusi publik dan studi sosial-politik.

Praktek Otokritik Atas Masyarakat Kontemporer Melalui Sudut Pandang Dekonstruksi

Dekonstruksi, teori kritis Prancis yang berasal pada akhir 1960-an dan awal 1970-an, memaparkan bahwa pandangan dan konsep-konsep yang dianggap stabil dalam budaya dan masyarakat sebenarnya ruwet dan berkelindan. Dengan cara ini, dekonstruksi merombak sifat-sifat yang dianggap solid dan konstan dari teks, ideologi, atau bahkan pandangan kehidupan. Sikap dekonstruktif memproduksi analisis teksual yang mengungkapkan sisi yang tersembunyi dari sistem yang memproduksinya. Oleh karena itu, melalui dekonstruksi kita dapat mengkritik struktur kekuasaan pembangun masyarakat kontemporer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun