Oleh: Eko Windarto
Tasawuf merupakan jalan penyucian diri. Yang berawal dari pengendalian diri dari nafsu-nafsu rendah (nafsu amarah dan nafsu lawammah). Yang bertujuan pada penyucian hati dan pikiran dari segala sesuatu yang mengakibatkan kelupaan terhadap Sang Pencipta. Maka dari itu, laku tasawuf adalah laku seorang sufi. Yang mana seorang Sufi adalah suci dan bersih hatinya. Sufi adalah kelompok orang yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan secara sempurna. Meninggalkan kehidupan mewah duniawi yang disebut dengan zuhud.
Tasawuf adalah ajaran kerohanian dalam islam. Yaitu bentuk spritualitas untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Tasawuf menggunakan metode intuitif disamping metode filosofis. Karena metode intuitif adalah metode dalam upaya pengenalan tentang diri. Sehingga dapat membawa seseorang tentang penglihatan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah. Metode intuitif ini tidak memiliki perantara, tetapi langsung hati dalam mengenal diri dan Tuhannya.
Disamping ajaran-ajaran tentang kezuhudan dan ketawakalan terhadap Allah. Tasawuf juga mengajarkan tentang bahasa cinta. Yakni cinta terhadap Ilahi. Dari sinilah, sejak awal sufi melibatkan diri dalam kegiatan sastra.
Kalbu ( Al-qalb) diartikan sebagai wadah untuk makrifat, suatu alat untuk mengetahui hal-hal yang bersifat Ilahiah. Ini dimungkinkan jika hati telah bersih sebersih-bersihnya dari hawa nafsu, melalui pola hidup yang zuhud, warak, dan zikir secara terus- menerus.
Sedangkan, al-aql atau akal adalah sebagai alat untuk mengetahui ilmu yang diamati dari pancaindera atau dari hal-hal yang zahir. Karena itu tingkatannya berada di bawah tingkatan al-galb.
Di sini jelas menunjukkan bahwa begitu pentingnya tasawuf dalam kehidupan manusia, dimana tugas tasawuf adalah untuk mendisiplinkan watak serta penanaman adab spritual. Dan ini menunjukkan betapa signifikannya sufisme dalam kehidupan manusia. Apalagi zaman sekarang sudah memasuki abad modern dan teknologi. Mari kita coba mengarungi kebatinan puisi religi Nanang Suryadi sang penyair yang dosen ekonomi di UNIBRA Malang di bawah ini.
MALAM TAKDIR
Oleh: Nanang Suryadi
seribu bulan bercahaya
di malam yang ganjil
di gigil udara
puisi berdoa
cinta-Mu utuh
rindu seluruh
bersama hening airmata
meluruh
31 Juli 2013
Ketika kita membaca puisi MALAM TAKDIR, Sang Penyair mengajak  kita mengarungi kebatinannya. Dari bait pertama ia tulis dengan metafora yang metafisis, / seribu bulan bercahaya/ di malam yang ganjil/. Memang malam Lailatul Qadar itu ada di hari atau di malam yang ganjil. Banyak orang menyebut Lailatul Qadar adalah malam seribu bulan, namun kurang bisa menjelaskan rincian detailnya. Kata Qadar sesuai penggunaanya dalam ayat-ayat Al-Qur'an memiliki tiga makna antara lain:
Malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Pengertian malam Lailatul Qadar ini dapat ditemukan pada Surat Ad-Dukhan ayat 3-5 "Sesungguhnya Kami menurunkan (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kami yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami". Malam penuh kemuliaan.
Malam seribu bulan Lailatul Qadar adalah saat mulai yang tiada bandingannya karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Quran. Anda dapat menjumpai pengertian ini pada Surat Al-An'am (6):91 tentang kaum musyrik "Mereka itu tidak memuliakan Allah dengan Kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pada Masyarakat".
Malam sempit
Pengertian ini mengacu pada banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti dituliskan dalam surat Al-Qadr atau surat Ar-Ra'd ayat 26. Malam Lailatul Qadar juga memiliki keutamaan yang tidak dimiliki malam lainnya, karena malam ini lebih baik dari seribu bulan. Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan Hafizhahullah mengatakan bahwa siapapun yang mengerjakan ibadah di malam ini maka pahalanya setara dengan 83 tahun.
Pada bait kedua aku lirik mencoba i'tikaf di masjid meski udara sangat dingin sekali yang ia gambarkan melalui puisi batinnya, / di gigill udara/ puisi berdoa/.
Memang terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan agar Anda mendapatkan malam seribu bulan ini antara lain:
Mengerjakan Sholat Lailatul Qadar
Membaca doa-doa dan meminta ampunan kepada Allah.
Memperbanyak dzikir dan istighfar.
Membaca Al-Qur'an.
Memperbanyak salat dan ibadah lainnya.
Terkait dengan pengerjaan sholat Lailatul Qadar, hal ini sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad SAW melalui hadist riwayat Ibnu  Abbas dalam kitab Durratun Nashihin hal. 172 yang berbunyi:
Dari Nabi Muhammad Shalallohu 'alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda:
"Barangsiapa yang menjalankan sholat pada malam Lailatul Qadr sebanyak 2 (dua) rokaat, didalam setiap rokaatnya setelah membaca Al Fatihah (1) satu kali, kemudian membaca surat Al-Ikhlas 7 (tujuh) kali dan setelah salam membaca Astaghfirullahal azhiim wa atubu ilaih 70 (tujuh puluh) kali, maka selama dia mendirikannya Allah akan mengampuni dirinya dan kedua orang tuanya dan Allah Ta'ala akan mengutus Malaikat untuk menanam (untuknya) pepohonan di Surga, membangun gedung-gedung dan mengalirkan sungai-sungai didalamnya, dan dia (orang yg menjalankan sholat Lailatul Qadr) tidak akan keluar dari dunia sehingga dia pernah melihat seluruhnya." (HR: Ibnu Abbas)
Adapun cara melakukan shalat Sunnah Lailatul Qadr Tersebut adalah dilaksanakan dengan sedikitnya 2 Rakaat 1 kali salam/ 4 satu kali salam tanpa tasyahud awal / 6 hingga 12 rakaat dengan masing2 dua rokaat 1 salam-dua rokaat 1 salam.
Di bait tiga, ia baru bisa merasakan bahwa cintaNya utuh. Tak mungkin ada satu manusia pun  yang bisa menyamai cintaNya terhadap seluruh mahkluk  ciptaan Allah seperti yang ia ungkapkan lewat bahasa mistis dan sederhana, / cinta-Mu utuh/ rindu seluruh/. Ya ya ya, kita seharusnya menghadap Dia dengan totalitas tanpa embel-embel sedikit pun. Sebab, dari kesungguhan akan mendapatkan hal-hal tak terduga. Semua itu hanya bisa ditempuh dengan keihklasan dan kesabaran. Itu kunci sukses menuju jalan terang benderang dalam membersihkan hati. Dan tiap-tiap orang akan mendapatkan hikmah berbeda-beda.
Betul-betul aku lirik menumbuhkan segala sesuatunya lewat keheningan hati, kesunyian jiwa, dan membangun menara sunyi lewat ketelanjangan seluruh apa yang dikandung badan lewat bait terakhir ini, / bersama hening airmata/ meluruh/. Betul-betul ia luruhkan segala gelisah lewat kepasrahan yang sejati.
Itulah sekelumit narasi tentang puisi Nanang Suryadi di atas. Semoga bermanfaat. Amin.
Batu, 1192018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H