Fahri Hamzah m.harianindo.com/2016/04/05/96621
Sedari kemarin saya menahan diri, saya berkhusnu'dzon mungkin pimpinan PKS yg baru ini punya selera humor yang tinggi, kan sekarang lagi rame tuh politisi atau pejabat daerah yang saling sindir, saling tuding begitu direspon sambil cengengesan klarifikasi: "saya cuma bercanda"
Tapi semakin hari kondisinya makin tak terkendali bola semakin liar, menjelang pilkada bukannya merapatkan barisan malah cari musuh baru, semua yang ngebela FH disosmed dibully dituduh akun bayaran bahkan akun anonim yg sebagian besar berafiliasi dengan PKS kini dipermasahkan
Saya sudah banyak membaca tulisan hebat para pengamat mengenai keanehan ini, dan saya lebih tertarik mengamatinya ini dari sisi yg lain
Pecat-memecat ini adalah sejarah baru bagi partai berlambang padi ini, setelah sebelumNya kita sering mendengar istilah itu dari partai golkar dan p3 yang sedang berkemelut.
Dan tidak menutup kemungkinan budaya pecat-memecat ini menjadi kebisaan baru yang akan ditiru partai lainnya, yaitu apabila ada kader yang berselisih faham atau berbeda pendapat dengan partainya tak perlu lagi menunggunya mengundurkan diri tapi bisa langsung saja dipecat
Menurut saya alasan pemecatan FH kurang dramatis dosa-dosanya dimata partai ehh.. elit PKS lebih tepat dianggap prestasi, soal seterunya dengan lembaga anti rasuah sampai pernyataanya pedasnya yang menyebut jokowi sinting dipipres kemarin jika itu dianggap sebagai suatu kesalahan yang tak bisa dimaafkan lalu kenapa pula tak diputus pecat saat itu juga
Dan soal pembelaanya terhadap SN publik lebih melihat bahwa pimpinan MKD yang juga berasal dari FPKS bersama dengan rekanannya diKMP juga turut serta ikut membela SN lalu kenapa pula tak dipecat bersama FH, walau pada akhirnya SN diputus bersalah tapi publik kan juga tidak bodoh bahwa politik tidak hanya menyoal benar dan salah tapi menang dan kalah, sebagai bagian dari koalisi KMP tentu menjadi hal yang sangat wajar jika memberikan pembelaan seperti yang dilakukan anggota koalisi lainnya, lagi pula kasus SN (papa minta saham) tidak hanya menyoal perkara etik tapi tercium pula aroma politik didalamnya
Bahkan golkar partai pengusung SN saja tidak menganggap kasus itu sebagai masalah yang besar walau dalam sidang MKD golkar memutus sangsi berat buat SN tapi dalam implementasinya SN tidak dipecat bahkan diangkat menjadi ketua fraksi, lalu kenapa seorang fahri hamzah yang hanya membela rekan kerjanya disangsi pemecatan oleh partainya sendiri
Kemudian soal FH yang mendukung kenaikan gaji anggota DPR, apa silang pendapat kader harus diakhiri dengan pemecatan? Miris sekali perjuangan ribuan suara konstituen FH saat pileg berakhir pemecatan karna urusan yang semestinya bisa selesai dengan ngopi bareng
Partai dakwah harusnya sangat anti dengan istilah pecat-memecat karna dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim, masa orang mau dakwah kok dipecat