Mohon tunggu...
Eko Waluyo
Eko Waluyo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan siapa-siapa

Saya percaya bahwa tulisan memiliki kekuatan untuk menghubungkan hati dan pikiran. Dengan menulis, saya ingin membangun jembatan pemahaman antara saya dan pembaca, serta membuka jendela baru bagi mereka untuk melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

#KajianAmalsholeh: Rahasia Melepaskan Beban Hidup

2 September 2024   12:43 Diperbarui: 2 September 2024   12:49 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita berbicara tentang beban hidup, seringkali kita merasa seperti berada di ujung tanduk, seolah dunia menumpuk masalah demi masalah yang sulit diatasi. Tapi, tahukah kamu bahwa sebenarnya, beban itu bukanlah tentang seberapa berat masalahnya, melainkan bagaimana sudut pandangmu?

Nasihat yang Mengubah Segalanya

Kita tidak pernah tahu nasihat mana yang akan membawa seseorang untuk berubah menjadi lebih baik. Dari ribuan manusia, hanya beberapa yang Allah pilih untuk mendapatkan ilmu dan bisa hadir langsung di majelis. Ketika ilmu terasa diulang-ulang, jangan anggap remeh! Mungkin Allah ingin kita terus belajar, mengamalkan, hingga lulus dari ujian-Nya.

Ingatlah firman-Nya dalam Qs. Al-Baqarah ayat 286:"Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya..."

Seringkali kita merasa berat menghadapi kehidupan karena kita memanipulasi diri sendiri, seolah tidak yakin pada kemampuan yang Allah berikan. Padahal, Allah sudah menegaskan bahwa kita tidak akan dibebani melebihi kemampuan kita.

Mengubah Sudut Pandang, Mengubah Hidup

Semua takdir Allah adalah baik, tapi terkadang kita belum menemukan kebaikannya karena kita ragu. Ketika kamu merasa terbebani, coba ubah sudut pandangmu. Beban bukan untuk dilepaskan, melainkan dipikul sebagai kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas diri dan mempersiapkan diri menjadi lebih baik.

Sudut pandang yang benar akan mengubah prasangka, dan prasangka yang benar akan membawa kedamaian. Jadi, ketika menghadapi masalah, anggaplah itu sebagai kesempatan untuk memperbesar kapasitasmu, bukan sebagai hukuman.

Menghormati Orang Tua di Tengah Luka

Seberat apapun luka yang kita rasakan, Al-Quran selalu menjadi acuan. Kita harus tetap berbuat baik kepada orang tua, meski jalan yang ditempuh menyakitkan. Fitrah kita sebagai manusia akan selalu mendorong untuk berbuat kebaikan, meski dosa sering kali membelenggu. Itulah sebabnya, terasa tidak nyaman ketika kita bermaksiat---fitrah kita menjaga agar tidak terjerumus lebih dalam.

Bersyukurlah ketika mendapatkan pasangan yang mendukungmu untuk berbakti kepada orang tua. Tidak ada yang bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa menjadi terapi bagi orang tua kita, membantu mereka mengeluarkan unek-unek yang terpendam.

Menjadi Hamba yang Sadar dan Berserah

Hidup ini sudah digariskan oleh takdir-Nya. Setiap nikmat dan masalah adalah ujian, dan ujian sejati adalah ketika kita berada di yaumul hisab. Dimana semua perbuatan kita dipertontonkan dan mulut menjadi saksi. Bagaimana mungkin kita masih berani berbuat dosa jika nasihat kematian saja tidak bisa membangkitkan fitrah kita?

"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya..." (Qs. Al-Mulk ayat 2)

Bersyukurlah ketika Allah memberikan ujian, karena itu adalah tanda bahwa Dia masih memperhatikan kita. Berserah sepenuhnya kepada Allah, karena ujian adalah bukti kesungguhan komitmen keimanan kita.

Menjaga Lisan, Mengubah Kehidupan

Jangan pernah meremehkan kekuatan lisan. Kadang, kata-kata sederhana bisa mengubah hidup seseorang. Husnudzon billah---berprasangka baik kepada Allah---adalah kunci menghadapi ujian hidup. 

Ingatlah firman Allah dalam Qs. Al-Insyirah ayat 5-6:"Sesungguhnya, setiap kesulitan, ada kemudahan."

Hidup ini adalah perjalanan menuju Allah. Ujian akan selalu ada sebagai bentuk cinta-Nya kepada kita. Bersabarlah, dan bersyukur, karena dengan begitu, kita akan semakin dekat dengan-Nya.

Menjadi Hamba yang Berhamba

Akhirnya, kita harus sadar bahwa kehidupan ini bukan tentang menjadi diri sendiri, melainkan menjadi apa yang Allah kehendaki. Orang yang sadar diri dan sadar kedudukan, akan selalu menempatkan kehendak Allah di atas kehendak dirinya sendiri. Dengan begitu, kita akan mampu menjalani hidup ini dengan sabar saat susah dan bersyukur saat diberi nikmat.

Semoga artikel ini dapat menginspirasi dan menjadi nasihat yang membawa kebaikan. Wallahu'alam. Jazakumullah khayr sudah membaca, dan mohon maaf jika ada kekurangan dalam penulisan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun