Di kejauhan, suara deburan ombak menghantarkan pesan-pesan dari lautan yang luas. Wanita muda itu bernama Daya, seorang nelayan tangguh yang tiada henti berjuang melawan gelombang kehidupan. Daya memegang selembar surat yang sudah lama terlipat rapi.
"Apa yang sedang mengganggumu, Daya?" tanya seorang pria muda dengan rambut hitam keriting yang berjalan mendekati wanita itu.
Daya menoleh dan memandang pria tersebut. Matanya penuh dengan kegelisahan yang sulit disembunyikan. "Ini tentang surat, Rey. Surat dari Ayah," ucap Daya lirih sambil menyerahkan surat itu pada Rey.
Rey membuka surat itu dengan penuh perhatian. Isi surat membuat ekspresinya berubah, wajahnya menjadi serius. "Apa yang Ayah tulis di sini?"
Daya terisak pelan sebelum menjawab, "Ayah meminta aku kembali ke desa kami yang terpencil. Dia bilang ada sesuatu yang harus aku ketahui."
Rey merenung sejenak sebelum berkata, "Kami akan pergi bersama. Aku akan selalu mendukungmu, Daya."
Bersama dengan Rey, Daya memulai perjalanan pulang ke desa yang telah lama ditinggalkan. Desa itu dulu tempat di mana kenangan manis dan pahit tumbuh bersama. Namun, kehadiran mereka kali ini membawa atmosfer yang terasa berbeda, seolah ada misteri yang mengintip di balik rerimbunan pepohonan yang rindang.
Sesampainya di desa, mereka disambut oleh keheningan yang mencekam. Penduduk desa entah ke mana lenyap begitu saja, meninggalkan rumah-rumah mereka yang terkesan sepi dan terlantar. Hanya gemerisik angin yang mengisi kekosongan.
"Kemana mereka semua?" tanya Rey khawatir.
Daya pun mulai menggali petunjuk di sekitar desa yang seolah mati. Di balik rumah tua yang pernah menjadi tempat bermain masa kecilnya, Daya menemukan sebuah terowongan kecil yang tersembunyi di balik semak belukar. Tanpa ragu, Daya dan Rey memutuskan untuk menjelajahi terowongan misterius itu.