Pada sebuah desa kecil di pedalaman, hiduplah seorang wanita bernama Kukukbeluk. Kukukbeluk adalah seorang wanita yang cantik dan penuh semangat, namun di balik senyumnya yang manis, tersimpan luka dan penderitaan yang mendalam. Selama bertahun-tahun, ia telah menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh suaminya, Atmo Karpet, dan keluarganya.
Atmo Karpet adalah seorang pria yang kasar dan otoriter. Setiap kali ia marah, Kukukbeluk yang akrab disapa Kukuk menjadi sasaran kemarahan dan kekerasan fisiknya. Pukulan, tendangan, dan kata-kata kasar selalu menghiasi kehidupan Kukuk setiap harinya. Namun, cobaannya tidak hanya datang dari suaminya, keluarga Atmo juga turut ambil bagian dalam perlakuan kejam terhadap Kukuk.
Ibu mertua Kukuk, Mak Comblang, adalah sosok yang sama-sama kejam. Dengan sikap otoriter dan sombong, Mak Comblang sering kali memperlakukan Kukuk dengan tidak manusiawi. Perempuan itu selalu merendahkannya, menghina keadaannya, dan menyalahkan seluruh kesalahan rumah tangga padanya.
Di tengah kondisi yang penuh penderitaan itu, Kukukbeluk mencoba untuk bertahan. Ia berusaha menyembunyikan luka dan kesedihannya di balik senyumannya yang tipis. Namun, dalam keheningan malam, air matanya tak pernah berhenti mengalir. Hatinya hancur dan jiwanya rapuh akibat perlakuan buruk yang didapatinya setiap harinya.
Suatu hari, ketika Kukukbeluk sedang merenung di tepi sungai yang tenang, seorang wanita tua yang bijaksana, Mbok Sari, mendekatinya. Wanita itu duduk di samping Kukuk dan mulai berbicara dengan lembut. "Sebuah bunga yang indah akan layu di tangan yang kasar. Kamu layak mendapatkan cinta dan perlakuan yang baik, Kukuk," ujar Mbok Sari dengan suara hangat.
Kata-kata bijak Mbok Sari menyentuh hatinya. Wanita tua itu memberikan dukungan dan keberanian pada Kukuk untuk mengubah nasibnya. Dengan langkah berani, ia memutuskan untuk mengakhiri siksaan yang dia alami selama ini. Dengan bantuan Mbok Sari, Kukuk berani melawan ketidakadilan yang menimpanya.
Kukuk mengajukan laporan atas kekerasan yang dilakukan oleh suaminya dan keluarganya. Proses hukum pun dimulai, dan setiap kekerasan yang dialami olehnya diungkap ke publik. Keberanian dan ketegasan Kukuk menimbulkan gelombang dukungan dari masyarakat sekitar, yang pada akhirnya membantu Kukuk mendapatkan keadilan yang telah lama ia rindukan.
Dengan berat hati, Kukukbeluk memutuskan untuk meninggalkan suaminya dan keluarganya. Meskipun pahit, keputusan itu merupakan langkah menuju kebebasan dan kebahagiaan yang sejati baginya. Ia menemukan kekuatan baru dalam dirinya, dan dengan bantuan Mbok Sari serta dukungan dari masyarakat, ia memulai kehidupan baru yang lebih baik.
Kisah Kukukbeluk menjadi inspirasi bagi banyak wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Keberaniannya untuk berdiri tegak dan menghadapi ketidakadilan memberikan harapan bagi mereka yang masih terjebak dalam lingkaran kekerasan. Ia menunjukkan bahwa setiap perempuan pantas mendapatkan perlakuan yang adil dan penuh kasih, dan bahwa keberanian untuk berubah adalah kunci menuju kebahagiaan sejati.
Setelah Kukukbeluk memutuskan untuk meninggalkan suaminya dan keluarganya, ia memutuskan untuk mengumpulkan keberaniannya dan mendiskusikan keputusannya dengan sahabat karibnya, Dinah, di kedai kopi kesayangan mereka.