Mohon tunggu...
Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bersih-bersih Jelang Idul Fitri Sebagai Cagar Budaya Pemelihara Mental Masyarakat

19 Mei 2020   10:42 Diperbarui: 19 Mei 2020   10:32 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tradisi bersih-bersih rumah dok.cendananews.com

Bagi masyarakat Indonesia terutama pemeluk agama Islam Idul Fitri merupakan hari yang paling istimewa. Sampai-sampai pemerintah menetapkannya sebagai hari libur nasional selama dua hari berturut-turut.

Ada benarnya kehadiran hari raya tersebut memang menyedot energi sangat besar. Aktualnya tingkat pergerakan warga meningkat drastis. Roda ekonomi berputar lebih kencang terutama di sektor konsumsi dan transportasi mengalami peningkatan volume hingga menimbulkan kemacetan di jalan-jalan utama.

Secara sosial Idul Fitri juga makin universal karena pada prakteknya tidak hanya  dirayakan oleh umat Islam saja. Sebagai satu bentuk tradisi Idul Fitri juga dengan eloknya dijadikan momen silaturahmi dan saling memaafkan oleh semua golongan masyarakat Indonesia.

Tersebutlah kemudian yang namanya halal bihalal. Dengan makna yang sangat umum sehingga menghilangkan hambatan primordial dari pemeluk agama lain dalam turut menyelenggarakan silaturahmi semi formal.

Itulah beberapa wajah lokal Idul Fitri setelah berkelindan dengan tradisi.

Kembali ke Fitrah

porsiwp.eumroh.com
porsiwp.eumroh.com
Kebahagiaan di hari Idul Fitri berawal dari keberhasilan kita menyelesaikan ibadah puasa selama sebulan. Sebagai hasil dari sebuah proses panjang menahan lapar, haus serta dorongan syahwat tentu secara alamiah melahirkan perasaan menang yang mendalam.

Namun sebenarnya dimensinya lebih dominan pada sisi esoteris sehingga sebenarnya tidak terlalu memerlukan ekspresi glorifikasi. Selebrasi seperlunya sebagai wujud rasa syukur tentu masih tergolong baik. Karena semua dorongan emosi memerlukan saluran yang tepat untuk memperoleh efek yang sehat. Bahasa agamanya ya pahala atau lebih luas lagi ya ridho Allah SWT.

Hanya saja tak banyak orang yang memperoleh anugerah hasil puasa sebulan yang sempurna. Dalam arti shaum -nya dijalankan sekaligus dalam tiga matra yakni meliputi puasa dhahir syar'i, puasa dhahir jam'iy dan puasa bathin sirriy.

Puasa dhahir syar'i terbatas pada aturan minimal sepanjang masih sah secara hukum. Sedangkan puasa dhahir jam'iy lebih luas puasanya dengan tambahan menahan dari syahwat lahir yang timbul dari keinginan panca indera.

Kemudian yang terakhir adalah puasa bathin bi sirriy yaitu termasuk mengalahkan dorongan syahwat khofiy. Jelasnya syahwat khofiy itu nafsu yang lembut tak mudah terdeteksi tetapi sangat berbahaya dalam jika bersarang dalam hati manusia. Contohnya sifat takabur, hasud, suka pamer dan selalu ingin wah di mata orang lain.

Orang yang berhasil melewati ujian di tiga matra melalui ibadah puasa Ramadan maka dipastikan bisa kembali menjadi fitri.

Simbolisme Bersih-bersih

Disisi lain masih dibutuhkan simbolisasi akhir suatu peperangan melawan hawa nafsu yang mengotori hati. Gunanya untuk memudahkan masyarakat awam mengerti ghoyatul shaum (tujuan akhir puasa).

Di kampung-kampung masih berlaku tradisi bersih-bersih tempat tinggal, pakaian sehari-hari, perabot rumah tangga, perkakas-perkakas mencari nafkah dan tempat ibadah. Seringkali bahkan biaya lebih besar dikeluarkan untuk belanja perbaikan rumah dan mengecat ulang dinding-dindingnya.

Sehabis itu segenap warga melanjutkan bersih-bersih makam leluhur. Dengan maksud untuk menyiapkan lokasi makam agar nyaman diziarahi para ahli warisnya. Banyak diantaranya juga melakukan tabur bunga.

ilustrasi bersih-bersih makam diambil dari dok nu.or.id
ilustrasi bersih-bersih makam diambil dari dok nu.or.id
Serangkaian kegiatan bersih-bersih menjelang hari raya idul Fitri itu mengabarkan kepada masyarakat awam bahwa hari kemenangan segera tiba. Kemenangan melawan hawa nafsu itu diiindikasikan dengan hati yang bersih. Karena itu selain aksi bersih-bersih rumah dan makam juga perlu jihad binafsih bersih-bersih pikiran dan hati.

Masyarakat awam memang paling mudah mencerna kebenaran melalui bahasa simbol. Lebih-lebih jika beragam simbol itu hidup dan dipraktekkan dalam kerangka tradisi. Hal itu akan berfungsi sebagai monumen atau cagar budaya yang akan selalu mengingatkan lalu menuntun masyarakat bawah tetap pada standar moral dan keimanan yang baik serta bermanfaat nyata.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun