Mohon tunggu...
Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bersih-bersih Jelang Idul Fitri Sebagai Cagar Budaya Pemelihara Mental Masyarakat

19 Mei 2020   10:42 Diperbarui: 19 Mei 2020   10:32 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi tradisi bersih-bersih rumah dok.cendananews.com

Orang yang berhasil melewati ujian di tiga matra melalui ibadah puasa Ramadan maka dipastikan bisa kembali menjadi fitri.

Simbolisme Bersih-bersih

Disisi lain masih dibutuhkan simbolisasi akhir suatu peperangan melawan hawa nafsu yang mengotori hati. Gunanya untuk memudahkan masyarakat awam mengerti ghoyatul shaum (tujuan akhir puasa).

Di kampung-kampung masih berlaku tradisi bersih-bersih tempat tinggal, pakaian sehari-hari, perabot rumah tangga, perkakas-perkakas mencari nafkah dan tempat ibadah. Seringkali bahkan biaya lebih besar dikeluarkan untuk belanja perbaikan rumah dan mengecat ulang dinding-dindingnya.

Sehabis itu segenap warga melanjutkan bersih-bersih makam leluhur. Dengan maksud untuk menyiapkan lokasi makam agar nyaman diziarahi para ahli warisnya. Banyak diantaranya juga melakukan tabur bunga.

ilustrasi bersih-bersih makam diambil dari dok nu.or.id
ilustrasi bersih-bersih makam diambil dari dok nu.or.id
Serangkaian kegiatan bersih-bersih menjelang hari raya idul Fitri itu mengabarkan kepada masyarakat awam bahwa hari kemenangan segera tiba. Kemenangan melawan hawa nafsu itu diiindikasikan dengan hati yang bersih. Karena itu selain aksi bersih-bersih rumah dan makam juga perlu jihad binafsih bersih-bersih pikiran dan hati.

Masyarakat awam memang paling mudah mencerna kebenaran melalui bahasa simbol. Lebih-lebih jika beragam simbol itu hidup dan dipraktekkan dalam kerangka tradisi. Hal itu akan berfungsi sebagai monumen atau cagar budaya yang akan selalu mengingatkan lalu menuntun masyarakat bawah tetap pada standar moral dan keimanan yang baik serta bermanfaat nyata.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun