Bahkan awalnya pada aksi megeng itu juga belanja kebutuhan lebaran berupa pakaian baru, sandal, sepatu, kopiah hingga seperangkat alat ibadah semua anggota keluarga. Setelah dirasa cukup belanja barang-barang untuk semua anggota keluarga kemudian diakhiri dengan makan besar bersama di warung makan favorit keluarga. Umumnya ya masih di los pasar itu saja, bukan terus di kedai-kedai makan spesial di lokasi berbeda.
Waktu itu menu nasi rames lauk paha ayam kampung, kupat tahu, saoto atau nasi gudeg lauk telur bacem sudah sangat spesial bagi keluarga orang desa. Kegembiraan natural akhirnya terpancar bersamaan dengan waktu akhir menjelang masuknya bulan suci Ramadan.
Indah dan syahdunya tradisi itu hingga sanggup memelihara soliditas dan daya tahan keluarga di masyarakat daerah tersebut. Tanpa disadari membuncahnya rasa bahagia bersama itu turut menguatkan pilar kehidupan sosial kemasyarakatan.
Perubahan zaman acapkali menggerus eksistensi lembaga tradisi yang selama ratusan tahun memberi asupan nilai bagi masyarakat.
Pergeseran mode belanja akibat dari pertumbuhan toko-toko eceran berwajah baru serta peningkatan pendapatan perorangan segenap masyarakat mengantarkan perilaku baru dalam berbelanja. Cara-cara lama pun mulai tampak basi untuk kemudian perlahan ditinggalkan.
Kini tradisi megeng yang elok nan eksotis itu tinggal cerita. Kalau pun masih ada beberapa orang tua yang menjalaninya praktis tak memiliki kekuatan transformatif sama sekali di pasar. Yang tampak dari megeng era dua ribuan hanyalah eksotisme masa lalu saja.
Padusan atau Dangdutan?
Lain megeng lain padusan. Sama-sama terkait dengan momen seru menyambut datangnya bulan suci Ramadan tetapi dalam wujudnya kedua tradisi itu terdapat kesenjangan esensi.
Kasusnya ada kesamaan dengan acara syawalan yang ramai digelar di daerah-daerah yang dari awal mulanya tidak memiliki akar tradisi seremonial syawalan.
Untuk mempertajam sudut pandang ini baiklah saya berikan contoh daerah yang memang awalnya kuat dengan tradisi syawalan. Contoh paling gampang adalah Kaliwungu Kendal dengan tradisi bodo kupat yang digelar menyeluruh di hari ke delapan bulan Syawal.