Masjid-masjid tak pernah sepi jamaah, halaqah-halaqah pengajian ada hingga di musala sudut-sudut kampung. Tak ketinggalan tadarus Alquran terdengar di setiap penggalan waktu.
Kemudian yang paling saya gemari adalah majlis-majlis zikir dan mujahadah banyak didirikan oleh para imam jamaah untuk tazqiyatun nafsi atau membersihkan hati.
Namun tahun ini saya harus berdamai dengan diri sendiri jika banyak hal tak terpenuhi. Kuasa Tuhan yang menurunkan wabah mengharuskan, dengan alasan dharurat bi syar'i (halangan sah) untuk memodifikasi cara pelaksanaan taqorub lilallahi (mendekatkan diri pada Allah) dengan menghindari jamaah dhahiriyah (fisik).
Karena itu kemudian banyak dilakukan kajian-kajian kitab kuning dan haflah zikir wal istighosah secara online. Siaran langsung melalui video streaming menjadi pilihan walaupun ada sesuatu yang dirasa belum lengkap jika tidak terjadi tajlisul ulama (duduk bersama guru).
Atsar Ramadan 2020
Namun sesungguhnya kasih sayang Allah SWT lebih besar daripada sifat keadilannya. Karena itu meski banyak pembatasan amalan berjamaah namun kesungguhan hati hambanya menyembah maka nikmat yang lebih hakiki akan dilimpahkannya.
Demikian pula dengan kesabaran kita mengalami cobaan besar akan memperoleh derajat ruhaniyah yang mulia di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Kemudian keikhlasan menanggung beban derita makin menjernihkan hati dan pikiran atas izinNya.
Tak ada nikmat lebih besar dari anugerah berupa makin matangnya aspek rohani melalui penerimaan atas semua yang datang dari Allah SWT.
Rahmat Tuhan sepintas tampak irasional dan imatematis sehingga inkalkulatif. Dus, nampak jika dikonversi secara material jauh dari memadai. Tetapi sesungguhnya nikmat ruhaniyah itu yang mampu merombak struktur kosmik yang akan memasok energi positif tak terhingga guna memulihkan ketidakseimbangannya.
Karena itu bagi saya pribadi Ramadan 2020 akan lebih besar fadhol-nya jika kita lebih banyak mengamalkan laku rohani sebagai bagian ibadah di bulan suci.***