Mohon tunggu...
Eko S Nurcahyadi
Eko S Nurcahyadi Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis, Pegiat Literasi, aktivis GP Ansor

Aktivis di Ormas, Pegiat Literasi, Pendididikan di Pesantren NU, Profesional Muda

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Novel Baswedan dalam Pusaran Skandal Hukum Beraroma Politik

28 Desember 2019   17:20 Diperbarui: 28 Desember 2019   17:22 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergulatan antar Kubu

Semua bentuk kriminalitas sesungguhnya masuk ranah pidana. Tergantung klasifikasinya masuk pidana biasa atau pidana khusus. Belakangan ini terkait perkembangan numenklatur hukum disepakati adanya kejahatan luar biasa seperti korupsi, narkoba dan terorisme. Barangkali ke depan kejahatan siber akan digolongkan menjadi kejahatan luar biasa mengingat pengalaman dampak luas dan mendalaminya dampak sosial dan politik yang ditimbulkannya.

Penyerangan Novel Baswedan per kasus tergolong pidana biasa yakni penganiayaan. Tetapi kemudian menjadi sorotan banyak kalangan karena posisinya sebagai pegawai senior lembaga negara berpengaruh KPK yang hingga saat ini jadi tumpuan harapan publik akan pemberantasan korupsi. Kebetulan tugas pemberantasan tindakan rasuah sepanjang sejarah tak pernah serius dijalankan hingga KPK berdiri.

Prestasi mengkilat KPK dalam menindak koruptor-koruptor kakap lembaga tersebut sangat dibela dan dicintai rakyat. Jadi wajar jika kemudian jajaran pimpinan dan pegawai KPK jadi incaran kekuatan-kekuatan politik yang ada.

Berangkat dari situ kemudian banyak tenggara adanya penguasaan lembaga tersebut oleh kelompok tertentu yang direprentasi oleh Novel Baswedan. Dari komposisi pimpinan dan paguyuban pegawai KPK memang tampak didominasi kelompok tertentu yang ditakutkan bisa melakukan pentargetan pada pejabat publik pada instansi-instansi yang tidak sehaluan dengan warna politik para pimpinan dan pegawai KPK.

Berkelindan dengan rivalitas lama yang pernah terjadi antara KPK dengan Polri menguatkan aroma politis kasus persekusi atas diri Novel Baswedan.

Siraman air keras Novel Baswedan hanya satu dari beberapa puncak gunung es masih buruknya pola relasi dan mental lapisan elit pemegang oligarki kekuasaan. Revolusi mental Jokowi lebih intensif menjangkau kalangan yang selama ini menikmati posisi the untouchable club.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun