Sebagai dua raksasa data komunitas digital dunia Google dan Facebook telah sanggup merekam dan menyimpan data hampir seluruh penduduk bumi. Tak hanya itu segenap data perilaku hasil interaksi penduduk dunia melalui registrasi akun media sosial utamanya juga terekam dengan baik dalam server raksasa dunia kedua raksasa informasi tersebut.
Perkembangan teknologinya dan inovasinya yang tergolong sangat cepat meninggalkan perusahaan-perusahaan sejenis lainnya. Kemajuan kemampuan olah data elektronik kedua kampiun teknologi 4.0 tersebut sangat canggih karena ditunjang oleh sistem komputasi digitally algoritmic yang sangat kompleks. Basis pemrosesan data di seluruh dunia dilakukan di mesin pemroses kedua perusahaan tersebut dengan kecepatan tinggi.
Bisa dibayangkan betapa satu dua generasi manusia di planet bumi ini data personal lengkap dengan catatan perilakunya dimiliki dan dikuasai oleh kedua korporasi data tersebut. Penguasaan atas data nyaris semua populasi manusia di dunia tersebut bahkan melampaui otoritas politik dan otoritas ekonomi manapun.
Google dan Facebook pada akhirnya akan menjadi platform raksasa kembar yang akan menyentuh semua aspek kehidupan personal dan sosial segenap umat manusia. Keduanya bermain terutama di bisnis informasi pada sektor hulu yang tanpa pesaing. Sedangkan untuk sektor hilir keduanya tetap dominan walaupun masih berbagi dengan pelaku bisnis data yang lain.
Lanskap Baru Ekonomi-Bisnis
Hadirnya teknologi digital dengan harga murah menandai era baru yang berdampak langsung dan merombak struktur penguasaan nilai-nilai. Situasi itu segera disusul terjadinya revolusi pada kontruksi bisnis dan ekonomi global. Penguasa ekonomi konvensional segera tersingkir dari arena permainan. Perombakan kontruksi bisnia dunia merambah mulai sektor manufaktur, distribusi, ritel dan jasa.
Melimpahnya informasi menjadikan sistem ekonomi pasar mendekati kondisi ideal sebagaimana dalam teori pasar sempurna. Produsen dan konsumen sama-sama memiliki akses informasi atas produk dalam jumlah yang jauh dari mencukupi untuk memastikan terjadinya transaksi yang fair (adil) dan rasional.
Makin efisiennya kerja mesin pencari (search engine) membawa konsekuensi brand-brand kuat tak lagi aman dengan posisi tradisionalnya sebagai pemimpin pasar. Beberapa diantaranya sudah tenggelam ditelan sejarah setelah beberapa waktu lamanya menguasai pasar. Tiga dekade lalu Motorola dan Ericson menjadi pelopor teknologi nirkabel menjadi pemain utama industri telepon genggam sebelum posisinya diambil alih Nokia yang hadir dengan fitur-fitur tambahan.
Tak lama kemudian Nokia yang terlena sebagai produsen dengan bagian terbesar pasar telepon seluler mendapat pukulan telak dengan munculnya Black Berry yang menawarkan fitur lebih smart. Tak sampai sepuluh tahun perusahaan yang mengandalkan fitur black berry massanger (BBM) harus ditutup setelah merajalelanya smartphone berbasis android yang mengawali era baru bersosmed.
Persaingan pasar smartphone bahkan lebih seru hingga nyaris tak ada lagi merk yang dominan. Kalaupun merk tertentu sempat menjadi pilihan terbanyak konsumen itu terjadi tidak lama dan tidak merata di semua wilayah. Kondisi itu terjadi karena murah dan gampangnya akses informasi atas spesifikasi dan level mutu produk melalui cuitan testimoni para netizen yang berfungsi jadi influencer bagi konsumen milenial.
Selain Samsung nama-nama baru dengan cepat juga berkibar di pasar telepon pintar dunia seperti Xiaomi, OPPO dan VIVO. Berkat memasyarakatnya menghancurkan market share (bagian pasar)Â brand-brand legendaris.
Politik Dunia Makin Rata
Tak beda dengan kontruksi bisnis global, dunia yang semakin datar juga membuat kekuasaan mutlak negara-negara adikuasa mulai merosot. Arsenal nuklir makin tumpul daya gertaknya dan peta diplomasi dunia makin merata tak lagi unilateralis. Namun demikian sebelum tata masyarakat digital dunia sempurna dibentuk akan terjadi anomali berupa banyaknya respon primordial atas kejutan keterbukaan informasi dan makin flat-nya tata politik, sosial dan ekonomi global.
Gegar budaya juga menjangkiti politisi elit global yang ditularkan pada para pemilihnya yang makin mewarnai bangkitnya konservatisme di berbagai pojok dunia. Naiknya Donald Trump menjadi presiden di AS dan kemenangan politisi Inggris pengusung narasi Brexit menandai perubahan arah angin sosial-politik dunia.
Perlu waktu yang cukup untuk menghentikan laju konservatisme dunia ke arah yang selaras dengan semangat budaya baru yang sedang tumbuh sejalan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Persamaan dan pemerataan eksistensi yang dibawa kemajuan saintek dan fintek sejenak terdisrupsi sebelum kemudian kembali pada track semula.
Jika para aktor dunia sudah umum menerima apa adanya perkembangan tata dunia baru tak ada lagi negara metropole dan negara satelit. Negara-negara dengan luas wilayah kecil oleh karena warganya sudah terhubung secara sempurna dengan warga dunia lainnya yang akan membentuk kolektivitas dalam warga dunia maya. Inilah yang akan mengukuhkan eksistensi negara-negara kecil di berbagai pelosok bumi.
Revolusi teknolgi membawa dunia sedang menuju keseimbangan baru pada hampir semua aspek. Kebiasaan-kebiasaan baru mulai terbentuk. Watak sains dan teknologi yang bebas nilai menyajikan peluang yang sama dalam memberi pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan manusia.
Teknologi informasi yang hampir satu dekade berjalan ini telah menjangkau semua segmen demografis penduduk bumi. Perilaku hidup di banyak aspek banyak berubah secara radikal, standar nilai dan moral dengan cepat terkoreksi terutama pada segmen kaum muda dan anak-anak.
Perkembangan cepat teknologi belum sepenuhnya dibarengi perkembangan formulasi-formulasi etik, moral dan sosial. Kesenjangan yang akut ini cukup berbahaya karena dunia akan menyajikan babak baru pertarungan hitech yang penuh vitalitas kontra hitouch yang kurang darah. Sehingga manusia yang hidup di era industri 4.0 tidak memiliki landasan budaya yang kuat, berimbang dan relevan dengan tuntutan rezim teknologi algoritma.
Beberapa respons spontan sebagai wujud perlawanan sangat buruk pengaruhnya bagi landasan hidup bersama baik pada ranah lokal maupun global. Sebagaimana ditunjukkannya bangkitnya konservatisme dan primordialisme. Di sisi lain, penerimaan tanpa reserve sebagian besar masyarakat di dunia tak kalah gentingnya dengan meluasnya gejala ketidakberdayaan manusia pada perangkat teknologi komunikasi sehingga menimbulkan banyak gejala patologi psikis dan disharmony sosial.
Untuk meminimalisasi pengaruh buruk pada kehdupan personal, sosial dan global dengan massifnya penggunaan teknologi perlu pengembangan kemansiaan yang sama besarnya dengan ongkos pengembangan iptek itu sendiri. Saat ini sangat krusial berinvestasi pada hitouch untuk menyelematkan identitas dan otonomi kemanusiaan generasi manusia mendatang setelah sangat lama para pengambil kebijakan terlalu concern membangun peradaban tanpa kompas moral.
Hitech berupa mesin pencari yang makin jenius dan algoritma big data digital yang super cepat operasinya hanya bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh generasi manusia dengan otonomi personal yang memadai.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H