Politik Dunia Makin Rata
Tak beda dengan kontruksi bisnis global, dunia yang semakin datar juga membuat kekuasaan mutlak negara-negara adikuasa mulai merosot. Arsenal nuklir makin tumpul daya gertaknya dan peta diplomasi dunia makin merata tak lagi unilateralis. Namun demikian sebelum tata masyarakat digital dunia sempurna dibentuk akan terjadi anomali berupa banyaknya respon primordial atas kejutan keterbukaan informasi dan makin flat-nya tata politik, sosial dan ekonomi global.
Gegar budaya juga menjangkiti politisi elit global yang ditularkan pada para pemilihnya yang makin mewarnai bangkitnya konservatisme di berbagai pojok dunia. Naiknya Donald Trump menjadi presiden di AS dan kemenangan politisi Inggris pengusung narasi Brexit menandai perubahan arah angin sosial-politik dunia.
Perlu waktu yang cukup untuk menghentikan laju konservatisme dunia ke arah yang selaras dengan semangat budaya baru yang sedang tumbuh sejalan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Persamaan dan pemerataan eksistensi yang dibawa kemajuan saintek dan fintek sejenak terdisrupsi sebelum kemudian kembali pada track semula.
Jika para aktor dunia sudah umum menerima apa adanya perkembangan tata dunia baru tak ada lagi negara metropole dan negara satelit. Negara-negara dengan luas wilayah kecil oleh karena warganya sudah terhubung secara sempurna dengan warga dunia lainnya yang akan membentuk kolektivitas dalam warga dunia maya. Inilah yang akan mengukuhkan eksistensi negara-negara kecil di berbagai pelosok bumi.
Revolusi teknolgi membawa dunia sedang menuju keseimbangan baru pada hampir semua aspek. Kebiasaan-kebiasaan baru mulai terbentuk. Watak sains dan teknologi yang bebas nilai menyajikan peluang yang sama dalam memberi pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan manusia.
Teknologi informasi yang hampir satu dekade berjalan ini telah menjangkau semua segmen demografis penduduk bumi. Perilaku hidup di banyak aspek banyak berubah secara radikal, standar nilai dan moral dengan cepat terkoreksi terutama pada segmen kaum muda dan anak-anak.
Perkembangan cepat teknologi belum sepenuhnya dibarengi perkembangan formulasi-formulasi etik, moral dan sosial. Kesenjangan yang akut ini cukup berbahaya karena dunia akan menyajikan babak baru pertarungan hitech yang penuh vitalitas kontra hitouch yang kurang darah. Sehingga manusia yang hidup di era industri 4.0 tidak memiliki landasan budaya yang kuat, berimbang dan relevan dengan tuntutan rezim teknologi algoritma.
Beberapa respons spontan sebagai wujud perlawanan sangat buruk pengaruhnya bagi landasan hidup bersama baik pada ranah lokal maupun global. Sebagaimana ditunjukkannya bangkitnya konservatisme dan primordialisme. Di sisi lain, penerimaan tanpa reserve sebagian besar masyarakat di dunia tak kalah gentingnya dengan meluasnya gejala ketidakberdayaan manusia pada perangkat teknologi komunikasi sehingga menimbulkan banyak gejala patologi psikis dan disharmony sosial.
Untuk meminimalisasi pengaruh buruk pada kehdupan personal, sosial dan global dengan massifnya penggunaan teknologi perlu pengembangan kemansiaan yang sama besarnya dengan ongkos pengembangan iptek itu sendiri. Saat ini sangat krusial berinvestasi pada hitouch untuk menyelematkan identitas dan otonomi kemanusiaan generasi manusia mendatang setelah sangat lama para pengambil kebijakan terlalu concern membangun peradaban tanpa kompas moral.