Mohon tunggu...
Eko Romeo Yudiono
Eko Romeo Yudiono Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis itu Indah

Menulislah karena dengan menulis kamu akan belajar mensyukuri nikmat Allah SWT. Dengan menulis kita juga akan menyadari bahwa pengetahuan kita sesungguhnya ibarat setetes air di lautan bila dibandingkan dengan keangungan Allah SWT. Wallahu A'lam Bishawab.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah 10 Tahun Persebaya dan Persik Bersua di Kompetisi Resmi (Memori Kelam Sepakbola Nasional)

1 Maret 2020   10:51 Diperbarui: 1 Maret 2020   11:10 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya, pertandingan gagal digelar di Kediri pada 29 April, 7 Mei dipindahkan ke Jogjakarta dan lagi-lagi gagal digelar dan terakhir 5 Agustus di Kediri. Tujuannya dari skenario itu jelas yaitu menyelamatkan Pelita Jaya.

Kini setelah 10 tahun, Persebaya dan Kediri akhirnya kembali bertemu di kompetisi kasta tertinggi sepakbola Indonesia, Liga 1. Pertandingan 'damai' dengan skor (1-1) seolah menjadi penanda bahwa kedua tim adalah korban kezaliman pengurus PSSI dan operator Liga di jaman itu. Skor sama kuat juga sebagai tetenger bahwa dua tim asal Jawa Timur ini tidak pernah menyerah dalam berkompetisi demi kemajuan sepakbola nasional. Mengingat, pasca memori kelam 2010, baik Persebaya dan Persik harus berjuang di level kedua bahkan Persik sempat mencicipi kerasnya Liga 3. Bravo Persebaya, Bravo Persik.

Harapannya tidak ada lagi tipu muslihat dan kezaliman seperti yang dialami oleh kedua tim. Apalagi, saat ini PSSI dipimpin oleh Mochmad Irawan, SH, MM, MH, perwira tinggi Polri. Pria yang karib disapa Iwan Bule via Satgas Anti Mafia Bola itu juga mendengungkan perang terhadap pengaturan skor, judi bola atau apa pun yang bisa mencederai kompetisi sepabola nasional. Semoga ke depan sepakbola Indonesia lebih baik dan maju. Tidak ada lagi skenario buruk dan memori kelam di sepakbola Indonesa. Maju terus sepakbola Nasional. Bravo sepakbola Indonesia. (*)

(*) Penulis adalah wartawan Radar Surabaya (Jawa Pos Grup) ketika itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun