"Bagi Saya kalau memang itu masalah keamanan saya sependapat dan sangat setuju karena itu hal yang paling utama. Tetapi ini menyangkut masalah keadilan dan fair play. Kalau memang salah satu suporter tidak diijinkan mendukung ya seharusnya tidak diijinkan semua, " (Marsma Ardhi Tjahjoko, Pembina Persija)
***
Final Turnamen Sepakbola Piala Gubernur Jawa Timur (PGJ) akan digelar besok, Kamis (20/2/2020). Venue pertandingan antara Persija versus Persebaya sudah ditentukan. Laga turnamen pra-musim itu akan digelar di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo.Â
Lokasi pertandingan berubah di H-1 pertandingan. Sebelumnya laga final sejatinya digelar di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT). Tapi, dengan alasan rumput stadion dalam perbaikan, laga terpaksa digeser ke Sidoarjo.
Sebelumnya, di babak semifinal yang mempertemukan Persebaya vs Arema digelar di Blitar tanpa penonton.
Demikian juga Persija melawan Madura United (MU). Meski tidak ada sejarah permusuhan antar kedua suporter baik The Jak, suporter Persija dan suporter MU, laga tetap digelar tanpa penonton.Â
Aneh memang. Babak semifinal yang seharusnya dinikmati karena pertandingan pasti berjalan seru gagal disaksikan kedua suporter langsung di Stadion. Jadinya nilai turnamen menjadi menurun. Entah itu kurang siapnya panitia atau apa yang jelas tidak masuk akal.
Di mana-mana yang namanya babak semifinal pasti seru karena selangkah lagi tim akan masuk babak final. Tapi itulah fakta. Babak semifinal antara Persija vs MU berjalan aman dan lancar. Persija keluar sebagai pemenangnya.
Beralih ke Stadion Supriyadi Blitar, di dalam lapangan pertandingan berlangsung keras. Dua kartu merah dan puluhan kartu kuning dikeluarkan wasit untuk kedua kubu.
Di akhir pertandingan, Persebaya menjadi pemenangnya. Situasi panas di dalam stadion setali tiga uang dengan di luar.Â
Entah siapa yang memulai, suporter Persebaya dan Arema bentrok. Motor dibakar dan mobil dirusak.
Lingkungan juga ikut-ikutan rusak karena aspal yang terbakar dari ban yang dibakar asapnya membubung tinggi. Jangan tanya pepohonan dan tanaman-tanaman lainnya. Hancur. Miris memang. Ngelus dodo.Â
Padahal kalau mau jujur, seharusnya turnamen digunakan sebagai ajang menyolidkan tim dan melihat kekurangan dan kelebihannya.
Yang terjadi sebaliknya. Salah kaprah. Adu gengsi mengalahkan segalanya. Merusak sepakbola yang seharusnya tempat untuk bersenang-senang. Hiburan bagi keluarga. Nyatanya kini tidak bisa dinikmati dengan enak dan nyaman.
Lantas bagaimana dengan partai final?
Kabar yang beredar The Jak tidak diberikan kuota. Sedangkan suporter Persebaya dibebaskan.
Dengan daya tampung stadion yang hanya berkapasitas 30 ribu, panitia hanya mencetak 24 ribu tiket. Tidak cukup jika puluhan ribu Bonek menyerbu Stadion Gelora Delta.
Tapi sekali lagi, ini hanya sebuah turnamen pra-musim.
Tidak adil kiranya jika The Jak tidak diberikan kuota. Kalau alasan keamanan jelas klise. Karena sejak dulu, suporter tim-tim besar melimpah dan pihak keamanan tahu tentang hal itu.
Melarang The Jak datang juga tidak fair. Mengingat tim mereka masuk final.Â
Mereka juga sudah meluangkan waktu dan biaya untuk datang ke Sidoarjo demi mendukung tim kesayangan mereka. Kalau mereka tidak diberi jatah tiket alangkah tidak fairnya.
"Bagi Saya kalau memang itu masalah keamanan saya sependapat dan sangat setuju karena itu hal yang paling utama. Tetapi ini menyangkut masalah keadilan dan fair play. Kalau memang salah satu suporter tidak diijinkan mendukung ya seharusnya tidak diijinkan semua, " (Marsma Ardhi Tjahjoko, Pembina Persija)
Toh, ini hanya turnamen pra musim. (Eko Yudiono)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H