Entah siapa yang memulai, suporter Persebaya dan Arema bentrok. Motor dibakar dan mobil dirusak.
Lingkungan juga ikut-ikutan rusak karena aspal yang terbakar dari ban yang dibakar asapnya membubung tinggi. Jangan tanya pepohonan dan tanaman-tanaman lainnya. Hancur. Miris memang. Ngelus dodo.Â
Padahal kalau mau jujur, seharusnya turnamen digunakan sebagai ajang menyolidkan tim dan melihat kekurangan dan kelebihannya.
Yang terjadi sebaliknya. Salah kaprah. Adu gengsi mengalahkan segalanya. Merusak sepakbola yang seharusnya tempat untuk bersenang-senang. Hiburan bagi keluarga. Nyatanya kini tidak bisa dinikmati dengan enak dan nyaman.
Lantas bagaimana dengan partai final?
Kabar yang beredar The Jak tidak diberikan kuota. Sedangkan suporter Persebaya dibebaskan.
Dengan daya tampung stadion yang hanya berkapasitas 30 ribu, panitia hanya mencetak 24 ribu tiket. Tidak cukup jika puluhan ribu Bonek menyerbu Stadion Gelora Delta.
Tapi sekali lagi, ini hanya sebuah turnamen pra-musim.
Tidak adil kiranya jika The Jak tidak diberikan kuota. Kalau alasan keamanan jelas klise. Karena sejak dulu, suporter tim-tim besar melimpah dan pihak keamanan tahu tentang hal itu.
Melarang The Jak datang juga tidak fair. Mengingat tim mereka masuk final.Â