Terkadang, uang bisa mengalahkan sisi romantisme kedaerahan. Iming-iming nama besar dan dukungan superior saat ini kurang manjut agar pemain bintang bergetar. Kembali lagi, para pemain profesional lebih memilih realita. Bukan janji-janji manis seperti senitron kesukaan ibu-ibu di jam tayang prime time.Â
Memang, Realitas juga terkadang menyakitkan dan pahit. Tapi itulah realita yang berbanding lurus dengan kemampuan dan skill pemain yang mereka miliki. Hasil latihan bertahun-tahun dengan kedisiplinan tinggi membuat mereka kini punyai nilai plus. Yaitu nilai jual. Bukan hanya bagi mereka pribadi. Melainkan klub, suporter dan sponsor.Â
Kalau boleh jujur, Andik dan Evan juga bisa dijadikan sebagai rule model. Sebagai penyemangat untuk anak-anak muda Indonesia. Atlet-atlet nasional agar bisa sukses seperti mereka.Â
Kesuksesan jelas berkorelasi dengan kebanggaan orangtua serta keluarga juga lingkungan di sekitar. Derajat orangtua lebih-lebih akan terangkat. Siapa sih yang tidak mau anaknya bergaji kisaran Rp 350-400 juta per bulan? Presiden saja kalah. Wassalam. (*)
(*) Penulis adalah Media Officer Bhayangkara FC 2017 (juara) dan Persija Jakara 2018 (juara).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H