Mohon tunggu...
Eko Romeo Yudiono
Eko Romeo Yudiono Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis itu Indah

Menulislah karena dengan menulis kamu akan belajar mensyukuri nikmat Allah SWT. Dengan menulis kita juga akan menyadari bahwa pengetahuan kita sesungguhnya ibarat setetes air di lautan bila dibandingkan dengan keangungan Allah SWT. Wallahu A'lam Bishawab.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mak Parni Idola Kampung

5 Oktober 2018   20:26 Diperbarui: 5 Oktober 2018   20:35 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usianya sekarang sekitar 75 lebih. Lebihnya berapa itu yang susah dijelaskan. Sebab, ketika lahir procot, orangtua Mak Parni, Marliyah dan Badrun Dirjodiponggo mencatatnya dibalik pintu lemari jati. Sayang, tulisan hari, tanggal dan tahun kelahiran terhapus lantaran lemari terrendam air ketika kampung Gemulung dilanda banjir.

Di usia senjanya, gaya bicara Mak Parni masih bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman Android saat ini. Mak Parni jelas tidak mau kalah dengan Adul, cucunya yang kini duduk di bangku SMA.

Bahkan, Mak Parni juga tahu jika saat ini teknologi komunikasi semakin berkembang. Termasuk WA, video call dan email. Tapi meski tahu pasti perkembangan teknologi, Mak Parni tidak mau membeli HP Android. 

Ia menyebut, HP akan membuat dirinya tidak lincah bergerak. Sebab, setiap selesai Subuh, ia langsung jogging keliling kampung. Kalau perlu melakukan kayang, push up dan sedikit break dance. Kalau yang yang terakhir itu masih bisa diperdebatkan, heee.

Setelah itu, ia menunggu Mat Joli, tukang sayur langganannya di depan rumah. Selanjutnya dia memasak, mencuci, membersihkan rumah dan lain-lain. Dan lain-lainnya ini yang menurut Mak Parni tidak bisa dihitung. 

Sebagaimana kisah cintanya sewaktu muda. Kalau ngomong soal masa muda, Mak Parni tidak mau kalah dengan anak muda sekarang. " Kalau jaman masih muda, Mak ini jadi kembang desa. Banyak laki-laki yang datang ke rumah kalau malam minggu. 

Sampai antri kayak pasien nebus resep dokter," katanya terkekeh. Sayang, Mak Parni tidak bisa membuktikan secara otentik pengakuannya. Minimal ada foto masa lalu. Karena tidak mungkin melihat foto-foto Mak Parni di akun Facebook, IG, Twitter dll.

Ia melanjutkan, ketika malam minggu tiba, sejak ba'da Ashar dia sudah dandan. Jarik kawung menjadi andalannya. Sanggul segede gong dia pasang. Tidak lupa pemerah bibir merk Revlon. Merk lipstik terkenal ini jelas mengagetkan Yu Sablah yang sore itu mendengar cerita Mak Parni. "Ah, masak tahun segitu sudah ada Revlon," tanyanya keheranan. 

"Lho, Mak ini anaknya orang kaya. Bapakku Pak Badrun juragan sapi, kalau hanya beli lipstik jelas mampu, " ungkap Mak Parni meyakinkan.

Mendengar penjelasan Mak Parni yang begitu bersemangat Yu Tri yang juga bergabung di cangkruk sore itu hanya manggut-manggut tanda setuju.
Mak Parni kemudian melanjutkan persiapannya jelang diapeli pemuda kampung Gemulung dan kampung-kampung di sebelahnya. Kata Mak Parni, ia selalu menggunakan bedak Viva nomor 4 di pipi dan lehernya. "Bedaknya tipis-tipis saja, wong wes ayu ( kan sudah cantik)," lanjutnya dengan penuh percaya diri. Nah, setelah dandan ala

Marlyn Monroe, Mak Parni siap di depan teras menanti pemuda kampung Gemulung yang kesensem dengan kecantikannya. Ini kata Mak Parni lho, heee.

Jangan tanya bagaimana cara apel jaman dulu, karena menurut Mak Parni, bisa bicara di depan teras saja sudah bagus. Karena, Pak Badrun, ayah Mak Parni menerapkan seleksi ketat siapa-siapa saja yang boleh mengapeli anaknya. Minimal naik sepeda kebo. 

Kalau hanya jalan kaki, niscaya akan diacuhkan oleh Pak Badrun. Sepeda uduk (motor) jelas menjadi prioritas. "Namanya juga bapakku kaya, ya pilih-pilih. Apalagi aku kan ayu," urai Mak Parni terkekeh memperlihatkan gigi depannya yang mulai ompong.

Namun pada akhirnya, diantara puluhan bahkan ratusan pemuda yang mengapelinya, Mak Parni akhirnya memilih Dul Manan. Lelaki tegap, berkulit kuning langsat yang sehari-hari berdagang kain di Kecamatan Dadap Lor. Menurut Mak Parni, Dul Manan adalah pria yang sopan. 

Sebutan di film Holywood sekarang Gentleman. Dul Manan juga dikenal bloko suto (apa adanya). Tidak bergaya menyugih (kaya) meski tabungannya sudah bisa membeli sawah dan kebo puluhan ekor. 

Tutur katanya juga sopan dan halus. Dul Manan juga romatis. Karena setiap apel selalu membawa kembang mawar meski diambil dari pagar masuk kampung Gemulung." Pokoknya Dul itu orangnya top," ungkap Mak Parmi sembari mengacungkan dua jempol.

Namun, setelah menikah dengan Dul Manan, kehidupan cinta Mak Parni bagai senitron di era modern. Sebab, dia menyebut sempat kawin-cerai hingga 11 kali. "Lho Mak kok koyok artis sampean, "Celetuk Yu Sablah. "Iya Mak ini, nggak capek tha kawin 11kali," timpal Yu Tri yang disambut tawa pecah Yu Sablah dan Mak Parni berbarengan dengan tenggelamnya matahari di kampung Gemulung. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun