Kondisi Ketersediaan Air di KSN Mamminasata
Kawasan Strategis Nasional (KSN) Makassar-Maros-SungguminasaTakalar (Mamminasata) adalah mega project kota modern yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan Kawasan Timur Indonesia. Salah satu instrumen pelayanan penting dalam mempersiapkan kota metropolitan adalah ketersediaan air (baik untuk kebutuhan air minum, irigasi, maupun industri).
ebagaimana diketahui, ada dua bendungan yang merupakan sumber air bersih di KSN Mamminasata yakni Bendungan Bili-Bili di sungai Jeneberang dan Bendungan Lekopancing di Sungai Maros. Sebagai catatan, daerah tangkapan air di dua bendungan tersebut saat ini mengalami kondisi hidrologi yang tidak stabil akibat perubahan pemanfaatan lahan dibagian hulu DAS Jeneberang dan DAS Maros. Kedua bendungan tersebut telah mengalami pengaruh dalam hal kuantitas dan kualitas air, yakni penurunan kapasitas tampungan pada musim kemarau dan keruhnya air tampungan pada musim penghujan akibat erosi dan sedimentasi.
Selain itu, ketidakseimbangan di hulu sungai juga disebabkan oleh perubahan iklim yang mengubah siklus hidrologi, seperti proses penguapan dan presipitasi yang semakin meningkat, sehingga dampaknya adalah berupa curah hujan di luar kebiasaan.
Oleh sebab itu, perlu melakukan upaya-upaya rehabilitasi dan revegetasi kawasan DAS yang mengalami alih fungsi dari hutan menjadi lahan non hutan. Salah satunya, yakni penghutanan kembali pada lahan-lahan terbuka dan semak belukar dengan sistem agroferestry.
Kondisi Ketersediaan air dan Pengembangan PKN Ambon
Rencana strategis Kota Ambon 2006- 2013 akan mengarahkan perencaan kota menuju pada pengembangan kawasan pesisir menuju kota pantai (Kota Pesisir) atau pengembangan Ambon Waterfront City (AWFC).
Berdasarkan penelitian Putuhena JD (2010), analisis ketersediaan air di kota Ambon pada tahun 2010 telah mengalami defisit air, maka perlu melakukan rencana keberlanjutan dalam mempertahankan nilai ekologi dan ekonomi lahan yang seyogiyanya dapat memenuhi kebutuhan air di hulu maupun di pesisir kota Ambon. Untuk menjawab kondisi saat ini maka berbagai sektor perlu mengacu pada kondisi keberlanjutan ekosistem.
Oleh sebab itu, model dinamik pengelolaan DAS kota Ambon yang terbaik adalah menggunakan skenario moderat dengan melakukan kegiatan ekstensifikasi pertanian sistem agroforestry, menekan laju pertumbuhan penduduk di DAS kota Ambon menjadi 2 %. Selain itu, perusahaan air minum juga diharapkan dapat menekan angka kebocoran sebesar 15 % dan menambah produksi air 15%. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki debit aliran sungai, indeks penggunaan air, kecukupan luas tutupan hutan dan peningkatan pendapatan petani.
(Sumber: Dokumen Ketersediaan Air dan Arahan Pengendalian Pembangunan di PKN Ambon 2015 dan Dokumen Ketersediaan Air dan Arahan Pengendalian Pembangunan di KSN Mamminasata 2015, P3e Suma 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H